Search

Senin, 19 November 2012

Surat Perjanjian Hitler dengan Iblis

Surat Perjanjian Hitler dengan Iblis


Dr. Greta Leiber dari Jerman, seorang paranormal spesialis pemburu setan menemukan sebuah surat perjanjian yang misterius namun diperkirakan otentik. 

Di bekas reruntuhan gedung yang digunakan oleh Adolf Hitler bunuh diri, Dr. Greta menemukan Surat Perjanjian yang diduga kuat merupakan Perjanjian antara Hitler dengan Setan. 

Surat perjanjian itu tertanggal 30 April 1932. Surat ini ditandatangani dengan darah dari kedua belah pihak. Di dalamnya, setan yang bernama Lucifer berjanji akan memberi kepada Hitler kekuasaan yang tak terbatas. 

Sang Fuhrer akan menjadi penguasa absolute seluruh negeri Jerman dan sebagian Eropa, sehingga akan disanjung dan dihormati jutaan orang. Meski untuk mendapatkan semua itu harus menggunakan kekuatan jahat berskala besar. Sebagai imbalannya Hitler memberikan jiwanya kepada setan 13 tahun kemudian. 

Sejarah Terciptanya Pembatasan 160 Karakter Dalam 1 SMS

Sejarah Terciptanya 160 Karakter Pada SMS

Pagi agan semua,,pagi ini saya mau share sedikit pengetahuan aja nih,kali ini tentang SMS,agan udah pasti tau tuh yang namanya SMS (Surat Masa Singkat/Short Message Service),,bahkan udah jadi kebiasaan sehari-hari . Agan juga tahu kan dalam 1 SMS itu dibatasi 160 karakter,Tapi,darimana sih asal-usul atau cerita sejarah dari pembatasan 160 karakter dalam 1 sms itu? kalau belum tahu,yok kita baca selengkapnya di bawah ini..cekidot!!


Banyak teori yang menyebut tentang batasan 160 karakter. Namun, teori yang paling umum diketahui adalah batasan 160 karakter ini diciptakan oleh pengembang telekomunikasi dari Deutsche Telekom Jerman, Friedhelm Hillebrand.

John Titor "Manusia dari Tahun 2036"

Siapakah John Titor?? John Titor, The Time Traveler, Dia mengaku lahir tahun 1998 di florida. muncul pada tahun 2000 dan mengaku sebagai manusia yang berasal dari tahun 2036. Dia mengaku sebagai prajurit amerika di tahun 2036 mengemban misi ke tahun 1975 untuk mengambil komputer portable pertama di dunia yaitu IBM 5100, dan mampir di tahun 2000-2001 untuk melihat keluarganya., yang menurut dia dimana pc itu terdapat bahasa unix yang dapat memecahkan beragam bahasa unix. 

Menurut dia teknologi di pc itu hanya seglintir orang IBM saja yang tahu dan teknologi itu tidak pernah lagi di pasang di pc generasi selanjutnya hingga 2036.
Menurut dia semua sistem unix akan menghadapi time error di tahun 2036, oleh sebab itu IBM 5100 sangat penting.

Hal ini langsung dikonfirmasi dan diakui oleh pihak IBM. Mereka kaget, karena sebenarnya hanya ada 5 orang yang

Membuat Emoticon Gambar pada Chat Facebook | Cara Membuat Emoticon dan Gambar pada Chat Facebook

Sekedar share aja,pada postingan kali ini saya mau bagi Emoticon dan Gambar buat chat facebook nih gan. Emoticon ini berasal dari ID profil kita atau Fans Page yang ada di Facebook. Mungkin sudah banyak yang tau bahkan sudah sering memakainya, tapi ada juga yang belum tau..nah bagi agan yang belum tau nih silahkan coppast code emoticon.nya dibawah ini :


DIBAWAH INI ADALAH KODE UNTUK HURUF


[[244961858909298]] = huruf A
[[344113652270150]] = huruf B
[[344991278847613]] = huruf C
[[164461493653696]] = huruf D

[[196752423751220]] = huruf E
[[301630573215430]] = huruf F
[[251496118250464]] = huruf G
[[266394220086654]] = huruf H
[[164866556948132]] = huruf I
[[180599335371968]] = huruf J
[[209067005843651]] = huruf K
[[238594039545396]] = huruf L
[[147702285338528]] = huruf M
[[309221402452022]] = huruf N
[[180901405340714]] = huruf O
[[246506925416551]] = huruf P
[[333343613344059]] = huruf Q
[[123128367803569]] = huruf R

Minggu, 18 November 2012

Asal Mula Nama Desa Tanah Abang

Asal Mula Desa Tanah Abang, Muara Enim, Sumatera Selatan Indonesia
Pada zaman dahulu di sekitar sungai Lematang terdapat sebuah desa yang kaya akan perkebunannya, akhirnya banyak menarik para pendatang dari pulau Jawa untuk datang ke daerah tersebut untuk bekerja di disana . Disana para pendatang tersebut bekerja di perkrbunan milik penduduk setempat, dan para pendatang tersebut menyebut pemilik kebun tersebut dengan nama abang/ kakak. Setelah sekian lama para pendatang tersebut bekerja disana, akhirnya ada diantara mereka pulang ke tanah Jawa dan orang di jawa bertanya ke pada mereka “Kamu Bekerja dimana?” dan mereka pun menjawab “di Tanah Abang/ Tanah Kakak”, dan lama kelamaan tempat para pekerja tersebut bekerja di sebut dengan nama Tanah Abang/ Tanah Kakak. Dan sampai saat ini daerah tersebut disebut dengan nama Tanah Abang. Demikianlah pemaparan dari saya tentang asal mula nama Tanah Abang yang saya dapat dari berbagai sumber. Mungkin ada juga yang berpendapat bahwa nama Tanah Abang itu berasal dari warna tanah di jalanan Tanah Abang sebelum terjadi pengerasan/ Pengaspalan yang berwarna merah/ abang. Mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penyampaian saya, bagi anda yang tahu lebuh jelas tentang asal mula nama Tanah Abang silakan di coment di post ini khususnya warga Tanah Abang dan Sekitarnya, masukan dari anda sangat bermanfaat bagi para pembaca.

Jumat, 09 November 2012

Cara Membuat Website

Tadi aku la sudah ngepost tentan care mbuat blog sekarang aku ngepos care nak mbuat website, aman nak mbuat ikoti bae care di bawah ini..Pertama kali, anda harus belajar membuat website yang paling sederhana. Ikutilah langkah-langkah berikut ini :
* Buatlah file dokumen sederhana dengan menggunakan Microsoft Office Word atau Openoffice untuk Linux.
* Simpanlah dalam bentuk file .html dengan cara klik tombol "save as"lalu pilihlah format html atau web page dan beri nama file tersebut dengan index.html.
* Daftarlah untuk memperoleh account webhosting gratis di sini!!!
* Selesaikanlah semua proses pendaftaran. Sebagai catatan : Jika anda adalah pengguna selain dari Amerika, maka pilihlah "Trust Teritories" dalam kolom isian "State/Province".
* Verifikasikan pendaftaran anda dengan mengeklik link yang akan dikirimkan ke alamat email anda.
* Masuklah ke account anda dan pilihlah nama subdomain kesukaan anda semisal namaanda.namadomain.com dengan cara mengeklik tombol "Website" lalu klik "Build a new website"
* Pergilah ke menu "Manage website" lalu klik alamat website anda sehingga anda bisa menuju ke menu "File Manager"
* Pilihlah menu "Up load file" untuk meng-up load file index.html dari komputer anda untuk ditransfer ke server.
* Tunggulah beberapa saat sampai semua proses ini selesai seutuhnya.
* Ujilah website perdana anda dengan mengetikkan alamat URL website anda ke browser anda seperti http://namaanda.namadomain.com
* Selamat ...... sekarang anda bisa melihat website perdana anda dan semua orang bisa mengaksesnya juga lewat internet :)
* Jika anda tidak memberi nama file anda dengan index.html maka alamat URL yang harus anda tulis untuk melihat file anda adalah sebagai berikut http://namaanda.namadoamain.com/fileanda.html
* Pelajarilah materi ini berulang kali sampai anda dapat mengertinya dengan baik.

Cara Membuat Blog

Langkah awal untuk membuat sebuah blog gratis adalah :


Hi sobat sekarang aku nak ngajari mengan care mbuat blog, bagi yang nak mbuat ikoti bae langkah-langkah dibawah ini:
 
1. Sobat diwajibkan memiliki sebuah alamat email, saran saya pakailah layanan gmail dari google. untuk membuat email dari layanan google tersebut anda bisa langsung menuju ke Gmail, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.


2. Langkah selanjutnya isi data data diform yang disediakan, jangan lupa paling bawah klik Saya menyetujui persyaratan layanan dan kebijakan privacy google, setelah itu klik Langkah berikutnya lihat gambar dibawah.

3. Selanjutnya, klik kirim kode Verifikasi. lihat lagi gambar dibawah ya :)


4. sekarang cek ponsel anda, jika belum ada kode verifikasi dari google bisa dicoba lagi beberapa menit kemudian, gambar dibawah menggunakan modem, jadi kode verifikasinya langsung bisa di lihat dilayar laptop saya.

5. Masukin deh kode verifikasinya seperti dibawah ini


6. Selamat datang di akun Gmail anda, lalu klik Lanjutkan ke Gmail ya....



7. Sampai disini proses pembuatan akun Gmail sudah berhasil, sekarang ketahap selanjutnya ya...proses pembuatan blog. yaudah tanpa basa basi langsung buka tab baru di browser sobat ya, atau bisa langsung menekan (ctrl + T) buka blogger.com ya.... tinggal isi email dan sandi yang sama seperti di akun Gmail tadi. lalu klik Masuk


8. selanjutnya pilih Opsi profil blogger sobat, jika hanya membuat blogger sebaiknya klik yg sebelah kanan. lalu klik lanjutkan ke blogger.



9. Sampai tahap ini sobat sudah sukses membuat akun blog, tahap selanjutnya silahkan lihat gambar dibawah ini untuk jelasnya. perhatikan baik baik tahap 1, 2, dan 3. sebelum ada tulisan This blog address is available berarti nama blog yang ingin sobat buat sudah ada yang memiliki, silahkan ganti dengan nama lain, atau untuk mudahnya bisa tambahkan angka dibelakang alamat blognya, lihat contoh yang saya lingkari pada nomer 2 dibawah. setelah itu klik create blog.



10. Nah sekarang blog sobat sudah jadi, lihat keterangan dibawah ini, angka 1 adalah Judul blog yang sobat ciptakan pada tahap sebelumnya, lalu angka 2 adalah start posting. alias untuk memulai membuat artikel.


11. Setelah sobat klik start posting, sekarang saatnya sobat membuat sebuah artikel... perhatikan baik baik langkah langkahnya dalam membuat sebuah artikel. tentunya dimulai dari angka 1 ya...hehehe... untuk jelasnya lihat gambar dibawah ini.

Langkah-langkah cara membuat artikel di blog :

Angka 1 : merupakan judul artikel yang nanti akan diterbitkan, boleh apa saja. silahkan berekspresi melalui artikel sobat, narsis juga ga ada yang larang koq :)

Angka 2 : merupakan isi dari artikel, silahkan mengarang bebas, mau curhat, kasih tips, trik, info, atau apa saja yang sobat ketahui, klo artikelnya bermanfaat pasti banyak yang suka dengan blog sobat deh.

Angka 3 : merupakan Label, silahkan isi apa saja. contohnya seperti ini, misalnya judul artikel yang sobat buat adalah Tips melangsingkan tubuh, nah label tersebut bisa di isi dengan Tips sehat, atau yang lainnya. kan ga nyambung seandainya label tsb di isi dengan Ilmu komputer. :p

Angka 4 : Nah tahap ini adalah melihat dulu artikel sebelum diterbitkan, jika ada yang salah bisa dibenarkan dulu sebelum artikel diterbitkan.

Angka 5 : Jika pada tahap 4 sobat sudah yakin, sekarang tinggal klik Publish (Terbitkan)


12. Gambar dibawah ini merupakan contoh artikel yang sudah berhasil diterbitkan. dan untuk melihat artikelnya silahkan klik tombol view. selesai.... nah mudah bukan ?



13. Selamat Berkarya ya sob, oiya bagi sobat yang ingin tulisan hasil karyanya di publikasi di blog ini silahkan kirimkan artikel sobat ke email (rilopambudi_93@yahoo.com) jangan lupa link facebook kamu ya.  dengan catatan artikel merupakan hasil karya sendiri dan bukan hasil copy paste dari blog lain.

14. Selanjutnya baca juga artikel saya mengenai Cara Menghasilkan Uang Dari Blog


Note : Anda bisa membuat Blog di Blogger.com ( Blogspot ) dengan tangan anda sendiri, dengan cepat, dan tidak perlu waktu lama. cukup 60 menit anda sudah bisa membuat blog yang keren, rapih, dan elegant. PANDUANYA LENGKAP di http://CaraMembuatBlogger.com, ditulis dengan bahasa yang ringan, mudah dipahami, dijamin tidak akan ada di manapun, termasuk di toko buku sekalipun. karena metode yang diajarkan adalah metode CEPAT & CERDAS. bukan cara berbelit belit seperti yang ada di buku buku biasa.

Kamis, 08 November 2012

Air Terjun Bedegung

Air Terjun Bedegung, 
Muara Enim, Sumatera Selatan, Indonesia

Air terjun ini terletak di dekat Desa Bedegung, Kecamatan Tanjung Agung, sekitar 56 km di selatan Muara Enim. Sumber mata airnya di celah Bukit Barisan dan ke bawah membentuk sebuah sungai kecil yang deras. Curup Bedegung merupakan objek wisata alam handalan daerah ini.
Untuk memudahkan para pengunjung mendekati air terjun, tersedia jalan setapak sepanjang 600 meter yang dibangun di tepi sungai dan sebuah jembatan yang melintasi sungai kecil yang deras itu. Sedangkan di atas sungai tersedia lapangan parkir, warung-warung yang menyediakan makan dan minuman. Dan agak ke hilir, terdapat sebuah tempat pemandian alam dan tempat memancing, lengkap dengan fasilitasnya.
Air terjun alami ini merupakan tempat rekreasi yang memberikan kesejukan bagi pengunjung karena hembusan angin yang membawa butiran-butiran air. Suasana alam pegunungan di sekitarnya benar-benar mengesankan.

Rabu, 31 Oktober 2012

Cerite Juada

Cuka kicap

Seorang guru yang baru tugas di tenabang/Tanah Abang, melihat ibung yang sedang memotong-motong juadah, karena guru tersebut terlihat penasaran ibung tersebut langsung menyodorkan sepotong untuk dicicipi, sambil menguyah penganan berwarna hitam tersebut, dia bertanya,
“terbuat dari apa kue ini ?..”
“cuka kicap !!..” sahut ibung tanpa mengindahkan pertanyaan si guru.
Setelah menghabiskan sepotong juadah dia berkomentar,
“enak sekali cuka sama kecap ini …..”

*cuka kicap = coba cicip

Mas Katek Bisa Ngilang

Mas Katek Bisa Ngilang


Asep sang jawara Banten baru datang di stasiun kereta api di Prabumulih, langsung bergegas mencari WC umum, karena pintu WC tertutup asep bertanya pada anak yang sedang nongkrong di sekitarnya.
“siapa didalam ?..” Tanya asep sok seram.
“katek!!!..” sahut anak itu sambil berlalu pergi
setelah lama menunggu, pintu WC belum terbuka juga, asep menggerutu
“kurang ajar, belum kenal saya”
akhirnya kesabaran asep habis, sambil mendobrak pintu dia berteriak,
“keluar..!!”
“hahh…, koq nggak ada orang didalam, hebat juga mas katek, punya ilmu ngilang….”

*katek/dak katek = tidak ada

Nugal

Budaya gotong royong memang sangat kental dalam masyarakat timur, salah satunya adalah dalam acara nugal, musim kemarau adalah saat musim nugal, yaitu acara menanam padi di ume(huma) talang yang dilakukan secara bergotong royong dengan cara melubangi tanah dengan alat tugal kemudian di isi dengan benih padi, dalam satu hari biasanya ada dua atau tiga ume yang di tugal, tiap anggota keluarga biasanya dibagi-bagi menyebar untuk ikut masing masing ume.
Pertama kali saya ikut nugal ketika disuruh Nyai ikut nugal ngambek ari di ume Mang Romli, sistem ngambek ari seperti arisan, dalam kasus ini Nyai sebagai peserta arisan mendapat undangan dari orang yang

Ikan Tapa


Disebut juga ikan tapah(Wallago Leerie/leerii) adalah ikan air tawar terbesar, untuk menambah pengetahuan warga Tanah Abang tentang ikan tersebut, berikut ini saya petikkan diskusi dari http://www.fishyforum.com/ :

Aryanto :
... ada artikel tentang Ikan Arapaima Gigas. Ikan tawar terbesar di dunia dari Sungai Amazon. Dan disebut pula, yang bisa menjadi saingan secara ukuran adalah Ikan Lele Sungai Mekong (Thailand) dan Ikan Tapa (Indonesia), Saya jadi ingat.. kalau pas mancing di pedalaman Sungai Batanghari, menurut penduduk setempat ada ikan raksasa yang disebut Ikan Tapa, Konon ikan itu yang mbaurekso daerah setempat. Dan, konon kalau ikan ini menyabitkan ekornya mampu menenggelamkan perahu saking besarnya...Beberapa bulan yang lalu, di Jambi juga gempar karena seorang pemancing berhasil mendapatkan

Memanggil dan Mengusir Binatang dalam Bahasa Lematang


Masyarakat rambang dangku punya cara sendiri dalam memanggil dan mengusir binatang, berikut ini yang masih bisa saya ingat.

Memanggil binatang :
kambing, kendek...kendek...
bebek, irik...irik...
ayam, kerrr..kerrr...
anjing, kuyuk...kuyuk...
khusus untuk sapi biasanya punya nama sendiri sehingga dipanggil menggunakan namanya, kebanyakan sapi dipanggil si koneng, mungkin karena warna kulitnya mayoritas kuning.
Mengusir binatang :
kambing, buak!
Bebek / ayam, syioh!

Selasa, 30 Oktober 2012

Kuburan Batu di Lahat

Kubur Batu di Lahat

Pendahuluan
Dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera menyimpan banyak peninggalan-peninggalan tua dari masa Prasejarah. Hal itu tidak mengherankan karena dataran tinggi tersebut merupakan daratan yang tidak terendam oleh laut dan merupakan jalur migrasi manusia prasejarah. Peninggalan manusia prasejarah tersebut dapat ditemukan di daerah Kerinci (Jambi), daerah Pasemah (Sumatera Selatan), dan lima puluh kota (Sumatera Barat). Namun dibanding dengan daerah lainnya, daerah Pasemah merupakan daerah yang paling kaya dengan peninggalan Prasejarahnya. Batu-batu besar dengan berbagai bentuk, pahatan di bukit batu, susunan batu yang membentuk ruangan sangat menakjubkan dan memerlukan keahlian yang tinggi. Masyarakat Pasemah menyebutnya batu gajah, rumah batu, batu macan, dan sebagainya. Kalangan para ahli menggolongkannya dalam tradisi megalitik.
Peninggalan megalitik di Pasemah sekarang ini berada di lahan milik penduduk yang berupa sawah atau kebun. Sering terjadi pada saat pengolahan lahan ditemukan peninggalan megalitik yang terpendam di dalam tanah. Namun berbeda halnya dengan laporan temuan kubur batu di Kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat yang berasal dari mimpi. Apapun penyebabnya, penemuan itu kemudian dilaporkan masyarakat kepada instansi terkait. Penemuan Kubur Batu ini merupakan kabar gembira bagi penelitian arkeologi dalam rangka mengungkap “misteri” peninggalan purbakala di dataran tinggi Pasemah.

Letak dan Lingkungan
Temuan kubur batu secara administratif terletak di Desa Talang Pagar Agung, Kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Secara astronomis terletak pada titik koordinat 03° 59' 45.3" LS dan 103° 17' 28.0" BT. Desa Talang Pagar Agung dapat ditempuh dari dua arah, yaitu melalui Kantor Kecamatan Pajar Bulan dengan jarak tempuh 7 km atau melalui Simpang Karet yang terletak sebelum Pasar Kota Pagaralam dengan jarak tempuh lebih jauh sekitar 9 km. Perjalanan melalui Kantor Kecamatan Pajar Bulan dari arah Kota Lahat melalui Kota Pagaralam terlebih dahulu. Namun jalannya tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Kami menuju lokasi melalui Simpang Karet yang lokasinya berada di sebelah kanan jalan dari Kota Lahat. Pada awal perjalanannya melalui jalan yang tidak berkelok-kelok. Namun setelah melalui Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kota Pagaralam, maka jalan dilalui dengan berkelok-kelok. Kondisi jalan yang semula aspal selanjutnya jalan tanah yang pada saat itu sedang dalam pembangunan saluran air.
Desa Talang Pagar Agung dahulunya merupakan daerah perkebunan di jaman Belanda. Nama Talang berarti tempat tinggal sementara yang biasa ditempati para pekerja kebun. Setelah Belanda keluar dari daerah itu, maka para pekerja kebun menempatinya dan akhirnya terbentuk sebuah desa. Mereka berasal dari Desa Pagar Agung. Nama Desa Talang Pagar Agung merupakan gabungan dari kata Talang dan Desa Pagar Agung. Sekarang Desa Talang Pagar Agung dihuni oleh 124 KK dengan jumlah penduduk 684 jiwa. Luas desa berukuran 275 ha terdiri dari kebun 270 ha dan pemukiman 5 ha.
Temuan kubur batu berada di sebelah kiri jalan di dalam kebun kopi milik Bapak Lukman. Lokasinya sebelum rumah Kepala Desa yang bernama Bapak Fahrudin. Dari jalan desa menuju kubur batu dengan berjalan kaki menempuh jarak sekitar 100 meter. Kubur batu tersebut telah dipagar dengan menggunakan bambu dan batang pohon oleh penduduk setelah selesai penggalian di bagian dalamnya. Di luar pagar tersebut di sebelah Barat terdapat batu besar yang diperkirakan juga merupakan kubur batu. Namun untuk mengetahui lebih lanjut perlu dilakukan penelitian. Temuan lain yang diperkirakan juga merupakan kubur batu adalah batu besar di kebun yang pemiliknya bernama Bapak Alpin. Batu berukuran cukup besar dengan bagian permukaan yang datar. Batu tersebut ditopang atau batu-batu yang berada di bawahnya. Batu di bagian bawah tampak telah terbelah sehingga mengakibatkan batu besar dibagian atas bergeser.



Deskripsi Kubur Batu
Temuan kubur batu di kebun kopi milik Bapak Lukman letaknya berdampingan dengan orientasi Utara-Selatan. Kedua kubur batu mempunyai pintu masuk di sebelah Barat. Menurut informasi, semula bagian yang tampak dari permukaan tanah hanya sedikit, yaitu bagian atap dari kubur batu yang berada di sisi Utara. Setelah dilakukan penggalian, maka ditemukan dua kubur batu. Bagian atap ini terkubur dalam tanah sedalam 20 cm. Penggalian kubur batu dilakukan oleh masyarakat berjumlah 12 orang. Mereka melakukan penggalian selama 10 hari. Kegiatan penggalian itu mengikuti petunjuk seseorang yang dipercaya sebagai paranormal. Tanah yang berada di dalam kubur batu dikeluarkan dan diratakan sekitar kubur batu. Pada saat penggalian ditemukan kepala manusia dari batu putih dan batu-batu pipih dan runcing.

Temuan lainnya yang berada di sekitar kubur batu adalah adanya batu besar yang berada di sebelah Barat dari temuan 2 kubur batu. Jaraknya sekitar 500 cm. Batu ini diduga juga merupakan kubur batu bagian atap. Namun untuk membuktikan hal tersebut perlu dilakukan penelitian. Pada kesempatan itu juga kami ditunjukkan batu besar lain yang berada di kebun milik Bapak Alpin. Lokasi kebun berada di sebelah Timur dari kubur batu. Berikut uraian temuan-temuan purbakala hasil peninjauan di Desa Talang Pagar Agung

a. Kubur Batu I (Utara)
Kubur batu ini terletak di sebelah Utara. Pintu masuk berada di sebelah Barat berukuran tinggi 97 cm dan lebar 45. Pintu ini cukup besar untuk dimasuki orang yang mempunyai berat 80-90 kg. Pintu masuk ini lebih rendah daripada permukaan tanah sekitarnya sedalam 80 cm. Pintu masuk dibentuk dari dua buah batu yang disusun di sebelah kanan dan kiri. Berikutnya kita memasuki kubur batu yang lantainya lebih rendah dari jalan masuk sedalam 63 cm. Lantai tersusun dari beberapa lempengan batu yang kecil. Ruangan kubur batu berukuran panjang 225 cm dan lebar 157 cm dan tinggi 160 cm. Ruangan ini mempunyai dinding yang terbuat dari batu-batu besar di sisi Utara, Timur, dan Selatan. Hasil pengukuran batu besar yang dilakukan dibagian tengah batu menghasilkan ukuran sebagai berikut : Batu besar yang di sisi Utara berukuran panjang 212 cm dan lebar 129 cm. Pada dindingnya tidak tampak adanya lukisan hanya ada lubang-luang berbentuk lingkaran. Batu yang di sisi Timur berukuran panjang 150 cm dan lebar 127 cm. Pada dinding sisi Timur ini tampak adanya lukisan. Namun lukisan tersebut tidak jelas lagi hanya terlihat adanya goresan warna hitam dan merah. Batu yang di sisi Selatan berukuran panjang 188 cm dan lebar 131 cm. Pada batu ini tidak terdapat lukisan. Pada bagian atap tersusun dari dua batu dengan batu yang paling besar berukuran panjang 250 cm lebar 169 cm.

b. Kubur Batu II (Selatan)
Kubur batu ini terletak di sebelah Selatan dari kubur batu I. Pintu masuknya berada di sebelah Barat. Pintu masuk berukuran lebar 45 cm dan tinggi 84 cm. Pintu masuk tersusun dari dua buah batu yang berada di sebelah kanan dan kiri. Lantai kubur batu lebih rendah sedalam 76 cm. Batu-batu besar menyusun kubur batu menjadi ruangan berukuran panjang 214 cm dan lebar 180 cm dengan tinggi 160 cm. Batu di dinding sisi Utara berukuran panjang 194 cm dan lebar 130 cm. Pada dinding terdapat pahatan yang berupa lingkaran. Batu di sisi Timur berukuran panjang 189 cm dan lebar 159 cm. Pada dinding Timur tampak lukisan di hampir sebagian besar permukaan batunya menggunakan warna merah dan hitam. Warna hitam digunakan untuk menarik garis membentuk sesuatu sedangkan warna merah untuk mengisi bagian dalam dari bentuk tersebut. Lukisan tampak sudah tidak jelas sehingga sulit untuk diketahui bentuk yang digambarkan. Batu di sisi Selatan berukuran panjang 157 cm dan lebar 148 cm. Lukisan di sisi Selatan juga dibuat di sebagian besar permukaan batunya. Pada sisi kanan atas tampak adanya gambar manusia dengan kaki yang sedang melangkah lebar dan tangan ke depan sedang memegang benda berbentuk bulat. Penggunaan warna hitam dipakai untuk menarik garis. Sedangkan warna merah sebagai isinya. Gambar-gambar lainnya tidak jelas lagi. Sementara itu bagian atap tersusun dari satu buah batu yang berukuran panjang 190 cm dan lebar 150 cm. Pada bagian atap terdapat pahatan berupa kotak-kotak seperti papan catur.

c. Kepala Arca
Kepala arca menurut informasi berasal dari Kubur Batu II. Kepala ini hanya sampai batas leher bagian atas. Kepala arca berukuran panjang 15 m dan lebar 12 cm. Kepala arca terbuat dari batu putih. Tampak bagian mata yang menonjol berbentuk lonjong. Dibawah mata adalah pipi yang juga menonjol. Bagian hidung telah putus tinggal menyisakan sedikit. Sementara bagian mulut tampak lebar dan samar-samar.

d. Temuan Lainnya
Pada kesempatan itu ditunjukkan pula temuan lain yang lokasinya tidak jauh dari temuan kubur batu. Lokasinya berada di Kebun Kopi milik Bapak Alpin. Tepatnya di sebelah Timur dari temuan kubur batu. Temuan berupa batu besar dan pipih yang ditopang oleh batu yang berada di bawahnya. Batu bagian bawah tampak belum lama terbelah menyebabkan batu bagian atas bergeser. Diperkirakan batu ini merupakan kubur batu atau meja batu.

Kubur Batu Besemah
Daerah lembah lereng Gunung Dempo ke selatan sampai ke Ulu sungai Ogan (Kisam), ke barat sampai Ulu alas (Besemah Ulu Alas), ke utara sampai ke Ulu Musi Besemah (Ayik Keghuh), dan ke arah timur sampai Bukit Pancing dikenal pada jaman dahulu sebagai Besemah atau Pasemah. Pada masa sekarang termasuk dalam wilayah administrasi Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat. Daerah Besemah merupakan dataran tinggi dan pegunungan yang bergelombang. Ketinggian wilayah sangat bervariasi, dari ketinggian sekitar 441 meter dpl ( diatas permukaan laut ) sampai dengan 3.000-an meter lebih dpl. Daerah dataran tinggi 441 meter sampai dengan 1.000 meter dpl, sedangkan daerah berbukit dan bergunung ( bagian pegunungan ) berada pada ketinggian di atas 1.000 meter hingga 3.000 meter lebih dpl. Titik tertinggi adalah 3.173 meter dpl, yaitu puncak Gunung Dempo yang sekaligus merupakan gunung tertinggi di Sumatera Selatan. Daerah Gunung Dempo dengan lereng-lerengnya pada sisi timur dan tenggara mencakup 58,19 % dari luas wilayah Kota Pagar Alam sekarang yang 633,66 hektar.
Bukit dan gunung yang terpenting di wilayah Kota Pagar Alam, antara lain adalah Gunung Dempo (3.173 m), Gunung Patah, (2.817 m), Bukit Raje Mendare, Bukit Candi, Bukit Ambung Beras, Bukit Tungku Tige (Tungku Tiga), dan Bukit Lentur. Bagian wilayah kota yang merupakan dataran tinggi, terutama bagian timur, umumnya disebut “ Tengah Padang”. Daerah pusat Kota Pagar Alam yang meliputi kecamatan Pagaralam Utara dan Kecamatan Pagaralam Selatan atau wilayah bekas Marga Sumbay Besak Suku Alundue terletak pada ketinggian rata-rata 600 samapai 3.173 meter dpl. Daerah Besemah dialiri sejumlah sungai. Satu diantaranya adalah sungai Besemah (Ayik Besemah).
Mengenai keadaan alam Besemah pada permulaan abad ke-19, menurut pendatang Belanda dari karangan van Rees tahun 1870 melukiskan bahwa sampai dengan tahun 1866 ada rakyat yang mendiami perbukitan yang sulit di datangi di sebelah tenggara Bukit Barisan yang tidak pernah menundukkan kepalanya kepada tetangga walaupun sukunya lebih besar. Walau hanya terdiri dari beberapa suku saja, mereka menamakan dirinya rakyat bebas merdeka. Dari barat daya sulit ditembus oleh orang-orang Bengkulu, dari tiga sudut lain dipagari oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi dan ditutupi oleh hutan rimba yang lebat dan luas di daerah pedalaman Palembang.
Di daerah Besemah ini banyak ditemukan peninggalan megalitik. Peninggalan megalitik di daerah ini pernah dilaporkan oleh Ullman tahun 1850, Tombrink tahun 1870, Engelhard tahun 1891, Krom tahun 1918, Westernenk tahun 1922, dan Hoven tahun 1927, yang hampir semuanya beranggapan bahwa bangunan-bangunan tersebut merupakan peninggalan Hindu. Pada tahun 1929, van Eerde mengunjungi tempat tersebut, ia berbeda pendapat dengan angggapan-anggapan terdahulu. Van Eerde menyatakan, bahwa peninggalan megalitik di Besemah tidak pernah dipengaruhi oleh budaya Hindu, tetapi masih termasuk dalam jangkauan masa prasejarah. Bentuk megalitik tampak nyata pada peninggalan tersebut seperti pada menhir, dolmen, dan lain-lain. Kemudian van der Hoop melakukan penelitian yang lebih mendalam selama kurang lebih 7 bulan di Tanah Besemah. Hoop menghasilkan publikasi lengkap tentang megalit di daerah tersebut. Publikasi ini sampai kini masih sangat berharga bagi penelitian situs-situs megalit di Tanah Besemah. Van Heerkeren telah membuat ikhtisar tentang penemuan-penemuan megalitik di Indonesia, termasuk di Sumatera Selatan, sedangkan Peacock mencoba membahas megalit Besemah ini dari sudut pandang sejarah dan fungsinya dalam usaha penelahan kehidupan sosial masa lampau.
Para ahli memperkirakan budaya megalitik yang masuk .ke Indonesia melalui dua gelombang besar. Gelombang pertama, yang disebut megalitik tua, diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar 2.500-1.500 tahun sebelum Masehi yang ditandai oleh pendirian monumen-monumen batu seperti menhir, undak batu, dan patung-patung simbolis-monumental. Gelombang kedua disebut sebagai megalitik muda yang diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar awal abad pertama sebelum Masehi hingga abad-abad pertama Masehi. Monumen-monumen yang mewakili kelompok tinggalan Megalitik muda antara lain berupa monumen peti kubur batu, dolmen, dan sarkofagus.
Bangunan megalitikum tersebut terdapat hampir diseluruh kepulauan Indonesia. Bentuk bangunan kuno ini bermacam-macam dan berdiri sendiri ataupun berkelompok. Maksud utama dari pendirian bangunan tersebut tidak luput dari latar belakang pemujaan nenek-moyang, dan pengharapan kesejahteraan bagi yang hidup, serta kesempurnaan bagi si mati. Bangunan yang paling tua dengan bentuk tersebut di atas dapat diduga umurnya secara nisbi (relatif). Bentuk-bentuk tempat penguburan dapat berupa dolmen, peti kubur batu, bilik batu, dan lain-lain. Di tempat kuburan-kuburan semacam itu biasanya terdapat berbagai batu besar lainya sebagai pelengkap pemujaan nenek-moyang, seperti menhir, patung nenek-moyang, batu saji, batu lumpang, batu lesung, batu batu dakon, tembok batu atau jalan yang berlapis batu.
Hasil penelitian-penelitian arkeologis menegaskan bahwa di Tanah Besemah pernah ada masyarakat yang hidup dan berkembang dalam lintasan prasejarah. Hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan budaya megalitik yang tersebar, misalnya di Tegurwangi, Tanjungaro, Belumai, Gunung Kaya, Gunung Megang, Pulau Panggung, Geramat dan sebagainya. Di beberapa situs itu ditemukan kubur batu. Kubur batu terbentuk dari batu-batu besar yang digunakan sebagai dinding dan atap. Batu-batu tersebut disusun dalam lubang yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Selain Van der Hoop, penelitian tentang kubur batu ini dilakukan juga oleh peneliti C.C. Batenberg dan C.W.P. de Bie. Van der hoop sendiri telah meggali salah satu kubur batu yang berada di Teguwangi, yang dianggap paling besar di antara-antara kubur batu lainnya. Ia berhasil menemukan benda-benda yang penting sebagai bukti peninggalan dari pendukung tradisi kubur batu. Pemukaan atas tutup kubur batu berada 25 cm dibawah permukaan tanah, dan tutup peti kubur batu ini terdiri dari beberapa papan batu. Sela – sela antara batu – batu penutup dan antara penutup dengan peti tersebut diisi dengan batu – batu kecil. Diantara papan – papan penutup, yang paling besar berukuran panjang 2,5 m. Lantai yang agak melandai dengan arah timur barat, terdiri dari 3 papan batu. Lapisan tanah selebar 20 cm dari atas peti, berisi temuan – temuan, seperti 4 butir manik – manik merah berbentuk silindrik, sebuah manik berwarna hijau transparan berbentuk heksagonal tangkup, sebuah paku emas berkepala bulat dan ujung yang tumpul, sebuah manik berwarna kuning keabu – abuan dua buah mekanik berwarna biru serta sebuah fragment perunggu selain itu masih ditemukan manik – manik dalam berbagai bentuk sebanyak 63 buah.
Didalam kubur batu yang lainnya yang pernah dibuka oleh Batenburg, ditemukan beberapa buah manik – manik berwarna kuning dan sebuah mata tombak dari besi yang telah sangat berkarat. Didalam kubur batu yang ditemukan oleh de Bie, terdapat sebuah lempengan perunggu berbentuk segiempat yang mengembung di bagian tengah. Selanjutnya de Bie menemukan peti kubur batu rangkap di Dusun Tanjung aro yang terdiri dari dua ruang sejajar berdampingan, dipisahkan oleh dinding yang di lukis dengan warna-warna hitam, putih, merah, kuning, dan kelabu. Lukisan ini menggambarkan manusia dan binatang yang distilir antara lain tampak gambar tangan dengan tiga jari, kepala kerbau dengan tanduknya, dan mata kerbau yang digambarkan dengan lambang-lambangnya dihubungkan dengan konsepsi pemujaan nenek-moyang.
Dalam bidang seni, tradisi megalitik di Besemah telah mengenal seni lukis yang berkualitas tinggi, baik dari segi bentuk maupun dari tata warna. Gaya naturalis serta gaya-gaya stilir telah muncul pada berbagai dinding kubur batunya yang dapat dilihat di situs megalitik Tanjungaro, megalitik Tegurwangi, dan megalitik Kotaraya Lembak. Lukisan purba di dusun Tanjungaro ditemukan pertama kali oleh Van der Hoop. sedangkan yang di dusun Tegurwangi dan dusun Kotaraya Lembak ditemukan oleh penduduk sekitar tahun 1987. Lukisan-lukisan tersebut mempunyai perpaduan warna yang menunjukkan bukti bahwa pembuatnya sudah mempunyai teknik yang berkualitas tinggi dalam penguasaan tata warna.
Menurut hasil analisis bentuk yang dilakukan Hoop, lukisan dari kubur batu Tanjungaro menggambarkan seorang manusia yang mengendarai seekor kerbau yang mengacu pada bentuk antropomorpik (bentuk manusia) dan bentuk fauna baik jenis kerbau maupun kera. Pada lukisan dari kubur batu Tegurwangi dan Kotaraya Lembak, juga memiliki kualitas tinggi baik dipandang dari sudut estetika maupun simbol yang melatarbelakanginya. Tampaknya lukisan tersebut merupakan suatu pesan dari pelukisnya dalam bentuk simbol yang mengacu pada perilaku dan kehidupan religius masa itu. Analisis laboratorium yang dilakukan oleh Samidi, dari Direktorat perlindungan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, berhasil mengungkapkan tentang bahan-bahan yang digunakan memakai warna hitam, merah, putih dan kuning. Warna merah dalam pada masa prasejarah telah menduduki tempat yang sangat penting. Warna merah telah banyak digunakan dalam upacara-upacara prosesi penguburan.
Objek-objek lukisan purba di Besemah di atas adalah manusia, fauna, flora, benda buatan manusia dan alam. Lukisan manusia digambarkan dengan susunan anatomi yang lengkap terdiri dari kepala, leher, badan, kaki dan berbagai anggota badan, seperti hidung, mata, mulut dan lain-lain secara lengkap. Walaupun demikian penggambaran tokoh manusia dibuat dalam proporsi yang tidak sebenarnya, antara lain posisi kepala terlalu kedepan, sehingga objek lukisan seolah-olah bongkok. Demikian pula kadang-kadang badan terlalu gemuk dan leher pendek, penggambaran kaki seorang tokoh biasanya lebih pendek dibandingkan dengan anggota badan lainnya. Tokoh manusia banyak yang menunjukkan bentuk fisik seperti fisik orang Negro. Di dalam kubur batu di Dusun Tegurwangi, tokoh manusia ada yang digambarkan seperti seorang wanita dengan payudara yang besar. Tampaknya dalam bidang seni ada kesejajaran dalam tingkat keahlian antara seni lukis dan seni pahat. Hal ini tampak dari hasil pahatan dalam bentuk arca maupun dalam bentuk lukisan yang menghasilkan bentuk dan proporsi manusia yang hamper sama. Dalam seni lukis tokoh manusia juga di gambarkan dengan posisi bongkok dan dengan bibir lebar yang tebal.
Lukisan dalam bentuk binatang (fauna) terdiri dari binatang liar dan binatang-binatang yang telah dibudidayakan. Binatang liar, antara lain, adalah harimau (pengamatan Teguh Asmar), burung hantu (pengamatan Haris Sukendar), dan ular. Sedang binatang yang telah dibudidayakan, antara lain, lukisan kerbau. Lukisan binatang ini tampaknya erat sekali dengan pemahaman pendukung tradisi megalitik dengan lingkungan. Binatang yang menjadi objek lukisan terdapat di hutan belantara Besemah. Seperti juga pada tinggalan-tinggalan arca, maka lukisan purba Besemah mempunyai maksud yang hampir sama, yaitu bertujuan sebagai harapan terjadinya keakraban antara manusia dengan binatang hutan yang ganas. Kalau Hoop mendeskripsikan lukisan kerbau di Dusun Tanjungaro menggambarkan seorang manusia mengendarai kerbau, sedangkan Teguh Asmar mendeskripsikan lukisan kerbau pada dinding pintu masuk salah satu kubur batu di Kotaraya. Selanjutnya, Asmar mengatakan bahwa kerbau dilukiskan kepala, leher, badan, seta kaki dengan penampilan yang tidak proporsional. Tanduknya hanya kelihatan satu, melengkung ke atas dan berwarna putih. Badannya begitu pendek diteruskan gambaran kaki kanannya yang memanjang kearah bawah, sedangkan kaki kirinya hanya tampak sampai separuh paha. Melihat bawahnya terlukis sebuah motif yang tidak jelas, karena warna lukisan banyak yang hilang. Kecuali tanduk dan selempang leher, kerbau diberi warna hitam dengan warna kontras putih. Kemungkinan yang dikira Asmar kerbau itu adalah badak, karena “tanduk”nya satu dan melengkung ke atas dan badannya begitu pendek, serta mempunyai selempang leher.
Lukisan burung hantu merupakan lukisan yang indah di kubur batu Kotaraya Lembak. Haris Sukendar mengatakan bahwa lukisan itu menggambarkan burung hantu yang memiliki kuku panjang dan runcing, bagian muka (paruh dan mata) digambarkan secara jelas, sedangkan menurut Asmar bahwa binatang yang dimaksud adalah harimau. Tetapi menurut masyarakat setempat “burung hantu” tersebut adalah burung gerude (garuda). Selain lukisan “burung hantu” di dinding sebelah kiri, di dekat pintu masuk kubur batu adalah lukisan palak nage (kepala naga). Arca-arca dalam tradisi megalitik biasanya digunakan sebagai sarana untuk menjaga keselamatan, khususnya “keselamatan” si mati dalam mencapai dunia arwah. Untung Sunaryo telah menemukan lukisan purba yang menggambarkan seperti serigala atau harimau dalam satu bidang dengan seorang objek lukisan manusia. Lukisan ini ditemukan tahun 1987 di kubur bilik batu Tegruwangi. Tetapi sayang sekali, lukisan itu telah hilang. Dari pengamatan Haris Sukendar, lukisan fauna di megalitik Besemah dalam bentuk fisiknya dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) Lukisan realistis, lukisan digambar sesuai dengan bentuk aslinya, seperti lukisan burung hantu, (2) Lukisan bersifat stilir, lukisan yang digambarkan dengan bentuk yang bergaya, tetapi mempunyai makna seperti objek aslinya, seperti lukisan kerbau di dusun Tanjungaro.
Seperti juga pada seni pahat, seni lukis kerbau ditemukan pada dinding kubur batu yang membuktikan bahwa kerbau telah dikenal dan dibudidayakan dalam tradisi megalitik di Besemah. Kerbau dalam tradisi megalitik ini menjadi binatang utama. Dalam berbagai upacara penting, kerbau selalu berperan yang digunakan sebagai binatang kurban yang disembelih baik untuk keperluan berkaitan dengan kepercayaan (beliefs), yaitu sebagai kendaraan arwah ketika menuju alam arwah atau sebagai konsumsi manusia itu sendiri. Selain itu, kerbau juga merupakan simbol harkat dan martabat seseorang. Lukisan kerbau pada tradisi megalitik di Besemah menunjukkan bahwa masyarakatnya telah akrab dengan binatang ini.
Penemuan kubur batu di Desa Talang Pagar Agung menambah daftar temuan kubur batu di daerah Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat. Kubur batu ditemukan di Dusun Belumai, Tegurwangi, Tanjungaro, Pematangbango, Kotaraya Lembak, dan Gunungmegang. Namun disayangkan bahwa temuan kubur batu di Desa Talang Pagar Agung ini telah rusak akibat penggalian yang dilakukan masyarakat. Temuan yang diharapkan akan menambah data arkeologis menjadi sirna dengan dikeluarkannya tanah yang berada di dalam kubur batu. Sesuatu yang mungkin terkandung di dalam tanah tersebut menjadi hilang. Kemungkinan keberadaan sisa-sisa rangka manusia atau bekal kubur telah musnah. Kami hanya menemukan adanya lukisan yang telah samar-samar dan kepala manusia dari batu putih. Selebihnya adalah batu-batu pipih yang tidak diketahui fungsinya.
Lukisan-lukisan terdapat di kedua kubur batu. Lukisan di kubur batu sebelah Utara terdapat di dinding batu sisi Timur. Lukisan telah benar-benar tidak dapat diidentifikasi bentuknya. Tampak samar-samar adanya goresan warna hitam dan merah. Sedangkan lukisan di kubur batu sebelah Selatan terdapat di dinding batu sisi Timur dan Selatan. Lukisan menutupi hampir sebagian besar permukaan tanah. Namun itupun juga telah samar-samar. Namun lebih baik dari lukisan yang ada di kubur batu sebelumnya. Lukisan di dinding sisi Timur menggunakan warna yang sama, yaitu warna hitam dan merah. Warna hitam digunakan sebagai garis untuk membentuk gambar, sedangkan warna merah untuk mengisi diantara warna hitam. Lukisan tidak diketahui lagi bentuknya. Sementara itu di dinding sisi Selatan tampak jelas adanya gambar manusia yang sedang melangkah kakinya dengan lebar ke depan. Tangannya lurus ke depan agak ke atas sedang menggenggam benda berbentuk bulat. Pada lukisan ini tampak adanya bagian kepala. Pada dinding Selatan itu juga tampak seluruh permukaan batunya dilukis. Namun sudah tidak jelas lagi. Warna hitam digunakan untuk membuat garis-garis pinggir dari lukisan manusia tersebut. Sedangkan warna merah untuk bagian dalam diantara garis hitam.

Penutup
Temuan kubur batu di Desa Talang Pagar Agung merupakan data penting yang harus segera dilakukan penelitian arkeologis. Rasa keingintahuan masyarakat terhadap temuan tersebut yang diiringi dengan ketidaktahuan yang harus dilakukan telah menyebabkan kubur batu tersebut mengalami gangguan, yaitu dengan dilakukannya penggalian tanah yang berada di dalam kubur batu ke luar. Tentu saja pengalian yang tidak dilakukan dengan baik itu akan menghilangkan benda-benda yang mungkin bercampur dengan tanah. Tindakan masyarakat melaporkan penemuan kubur batu sudah benar, tetapi seharusnya dengan tidak melakukan penggalian.
Temuan kubur batu menjadi unik dan menarik karena terdapat lukisan kubur batu. Memang lukisan kubur batu ditemukan di hampir semua kubur batu. Namun yang membedakannya adalah bentuk yang digambarkan dan warna yang dipakai. Tentunya hal itu menjadi kekhasan setiap kubur batu. Hal yang paling penting adalah kubur batu di dataran tinggi Pasemah tidak terdapat di daerah lainnya di Indonesia.

Candi Bumi Ayu Tanah Abang, Muara Enim

CANDI MUARA JAMBI




1.Lokasi
Candi ini terletak lebih kurang 27,5 kilometer dari Kota Jambi. Secara administratif berada di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan secara astronomis terletak pada 103º22’ - 103º45’ Bujur Timur dan 1º24’ - 1º33’ Lintang Selatan. Luas candi Muarajambi lebih kurang 2062 hektar menempati bentang lahan mengikuti alur tepian sungai Batanghari sepanjang 7,5 kilometer

2.Latar Sejarah
Informasi tertua yang berhubungan dengan daerah Jambi ditemukan pada Naskah Berita Dinasti Tang (618-906 M) yang menyebutkan kedatangan utusan Kerajaan Mo-lo-yue ke Cina pada tahun 644 M dan 645 M. Begitu pentingnya Negeri Mo-lo-yue sehingga seorang pendeta I-Tsing menyempatkan singgah selama 2 bulan untuk memperdalam agama sebelum melanjutkan perjalanannya ke India. Ketika beliau kembali dari India dikatakan Mo-lo-yue tahun 692 telah menjadi bagian Shih-li-fo-shih (Sriwijaya). Suatu keadaan yang ditafsirkan terkait erat dengan Prasasti Karangbrahi (686 M) yang ditemukan di wilayah Jambi hulu.
Nama Jambi sendiri diidentifikasikan dari berita Cina pada tahun 853 dan 871, menyebut kedatangan misi dagang dari Chan-pi atau Pi-chan. Berita Dinasti Sung (960-1279 M) menyebutkan bahwa Chan-pi merupakan tempat bersemayamnya Maharaja San-fo-tsi (Sriwijaya), rakyatnya tinggal pada rumah-rumah panggung di tepi sungai. Raja dan para pejabatnya bermukim di daratan. Sekitar awal abad ke-11 Masehi Chan-pi menobatkan raja di negerinya sendiri dan mengirim utusan ke Cina pada tahun 1079, 1082, serta 1088 M sebagai pemberitahuan bahwa Chan-pi telah menjadi negeri yang berdaulat.
Nama Melayu kembali muncul pada abad ke-13 Masehi dalam Kitab Pararaton dan Nagarakertagama yang menyebutkan bahwa Raja Singhasari bernama Kertanagara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275 M. Ekspedisi ini bertujuan untuk menjalin pertahanan bilateral antara Singhasari dan Melayu melawan serangan Mongol. Dalam Kitab Nagarakertagama nama Melayu juga disebutkan sebagai sebuah region di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 Masehi.


3. Sejarah penemuan, Penelitian dan Pelestarian
Situs Muarajambi pertama kali diketahui keberadaaanya dari seorang perwira Inggris bernama S.C. Crooke pada tahun 1820. Penemuan ini terjadi saat ia sedang melakukan kunjungan ke daerah-daerah pedalaman Batanghari guna melakukan survei pemetaan aliran Sungai Batanghari. Crooke sempat menyaksikan reruntuhan bangunan-bangunan dari bata dan arca batu. Ia mengatakan bahwa sejumlah penduduk menganggap bahwa reruntuhan di Muarajambi tersebut pernah menjadi ibukota dari sebuah kerajaan kuno (Anderson, 1971: 398).
Sekitar setengah abad setelah penemuannya, Muarajambi kembali dilaporkan oleh sebuah tim ekspedisi Belanda bernama Expedition Midden Sumatera yang memasukkan Muarajambi dalam daftar daerah yang dikunjunginya. Sayangnya hingga kini laporan tim tersebut belum pernah ditemukan. Pada yahun 1921 dan 1922 kembali nama Muarajambi disebut-sebut yakni ketika T. Adams menerbitkan catatannya dalam majalah Oudheidkundig Verslag. Kunjungan berikutnya dilakukan oleh F. M. Schnitger pada tahun 1935 yang menyebutkan bahwa sedikitnya ada tujuh bangunan kuno di Muarajambi yakni Stano, Gumpung, Tinggi, Gedong I, Gedong II, Gudang Garem, dan Bukit Perak. Selain itu Schnitger juga melakukan serangkaian penggalian pada bangunan-bangunan kuno tersebut kecuali di Candi Astano (Schnitger, 1935: 12-13). Sayangnya penelitiannya ini tidak diikuti dengan dokumentasi lengkap sehingga banyak informasi yang diperoleh tidak ditulis dalam laporan.
Pada tahun 1954 sebuah tim yang diketuai oleh R. Soekmono melakukan inventarisasi kepurbakalaan di Sumatera, terutama kepurbakalaan di Muarajambi. Tempat-tempat yang dikunjungi antara lain Candi Astano, Gumpung, Tinggi. Penelitian arkeologis dalam arti sesungguhnya baru diadakan pada tahun 1981 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, walaupun sebelum itu beberapa ahli dari lembaga yang sama telah mengunjungi Situs Muarajambi.
Selain penelitian, kegiatan lain yang dilakukan untuk pelestarian dan pengembangan situs Muarajambi adalah pemugaran. Pertama kali diadakan pada tahun 1976 dengan kegiatan berupa pembersihan kompleks percandian untuk membebaskannya dari tumbuhan hutan yang berada di atasnya. Pada waktu itu candi-candi di Muarajambi masih tertimbun tanah yang ditutupi oleh tumbuh-tumbuhan. Dilanjutkan dengan pemugaran oleh Ditlinbinjarah yang dimulai pada tahun 1978 dengan candi Tinggi sebagai objek utama dan selesai pada tahun 1987. pemugaran selanjutnya dilakukan pada Candi Gumpung yang dilaksanakan pada tahun 1982 s.d. 1988, Candi Astano dari tahun 1985 s.d. 1989, Candi Kembarbatu dari tahun 1991 s.d. 1995, Candi Gedong I mulai tahun 1996 s.d. 2000, dan terakhir adalah Candi Gedong II yang dilaksanakan pada tahun 2000 s.d. 2004, serta pada tahun anggaran 2005 pemugaran Candi Tinggi II mulai dilaksanakan dengan pekerjaan pertama adalah pengupasan.

4. Tinggalan Arkeologis
Situs ini tersebar pada areal yang berada di atas tanggul alam sepanjang 7,5 kilometer dengan luas lebih kurang 12 kilometer persegi. Merupakan sebuah dataran sempit yang dibatasi oleh rawa-rawa di sebelah utara dan Sungai Batanghari di sebelah Selatan. Daerahnya diapit oleh tiga buah parit dan sebuah sungai kecil. Ketiga parit tersebut adalah Sekapung, Buluh, dan Johor, sedangkan sungai kecil bernama Sungai Jambi.
Sampai kini tinggalan yang ditemukan di kawasan Situs Percandian Muarajambi mencapai lebih dari 85 buah. Duabelas di antaranya merupakan bangunan yang sudah dapat diidentifikasi sebagai kompleks candi. Penggunaan istilah kompleks digunakan di sini karena pada umumnya candi di situs ini ditemukan bukan merupakan sebuah bangunan, namun merupakan sebuah sistem yang terdiri dari bangunan induk, satu atau lebih bangunan pendamping (perwara), tembok keliling dengan pintu masuk (gapura) serta kadang-kadang parit keliling. Diantaranya yakni Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong II, Gedong I, Gumpung, Tinggi, Kembarbatu, Astano, Teluk I, Teluk II, Sialang, dan Tinggi II, serta sebuah kolam kuno yang dikenal dengan sebutan Telagorajo. Tinggalan lain berupa menapo atau gundukan tanah yang di dalamnya berisi struktur bata. Selain itu beraneka ragam artefak kuno yang merupakan temuan-temuan lepas yang mempunyai keterkaitan dengan keberadaan candi-candi di Muarajambi. Temuan tersebut antara lain berupa arca, lapik arca, lesung, belanga perunggu, gong perunggu, lempengan emas yang berisi mantra-mantra, keramik, manik-manik, bandul jaring, benda-benda perlengkapan upacara, dan perhiasan.
Pada umumnya candi di Sumatera dibuat dengan menggunakan bahan bata yang ukurannya lebih besar dari bata sekarang. Namun demikian penggunaan batu juga ditemukan, terutama pada beberapa unsur bangunan seperti pada sudut-sudut bangunan yang rentan terhadap daya tekan besar. Dari hasil penelitian terhadap bangunan candi dapat diketahui bahwa cukup banyak bangunan candi di Muarajambi yang dibangun lebih dari satu kali, ada yang dua kali, bahkan ada yang sampai tiga kali. Mengingat peninggalannya berupa kompleks percandian, maka situs Muarajambi dapat dikatakan sebagai situs keagamaan. Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan, antara lain berupa Arca Dewi Prajnaparamitha, wajra (sebuah alat keagamaan berujung empat dan terbuat dari logam) dan rancangan kompleks percandian yang didasari konsep makrokosmos dan mikrokosmos dapat diketahui aliran agama yang melatari Situs Muarajambi adalah agama Budha Mahayana.
Selain merupakan situs keagamaan, Situs Muarajambi juga merupakan situs pemukiman. Hal ini ditandai dengan adanya temuan-temuan yang berkaitan dengan aktivitas keseharian manusia yang telah menetap dan berintegrasi dengan lingkungannya dalam jangka waktu yang lama di lokasi tersebut. Misalnya temuan berupa keramik lokal dan asing yang ditemukan dalam jumlah besar di dalam maupun di luar kompleks percandian. Penelitian arkeologis di Muarajambi telah menempatkan kronologi relatif situs ini pada abad 9-14 Masehi. Rentang masa itu merupakan bagian dari masa pemerintahan Kerajaan Melayu Kuno dan Sriwijaya di Sumatera.

5. Pengembangan dan Pemanfaatan
Pemanfaatan dan pengembangan Kawasan Situs Percandian Muarajambi ini diarahkan pada bidang antara lain:
- Ilmu Pengetahuan
- Pendidikan
- Kebudayaan
- Pariwisata
- Agama
- dan Sosial

Saat ini Kawasan Situs Percandian Muarajambi telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya dengan Nomor: 31/C1/JB/99 tertangal 26 Januari 1999 dan sebagai Benda Cagar Budaya dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/M/2000 tertanggal 30 Maret 2000. Sebagai Benda Cagar Budaya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan sudah tentu kita wajib menjaganya bersama. Anda dapat berpartisipasi menyelamatkannya dengan tidak merusak bangunan bersejarah ini. Bantulah candi ini untuk memenuhi keinginannya “Aku ingin hidup seribu tahun lagi”.

Candi Hindu di Tepian Sungai Lematang

Candi Bumiayu : Candi Hindu di Tepi Sungai Lematang



Kompleks Percandian Bumiayu secara administratif terletak di Desa Bumiayu, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Muaraenim, Propinsi Sumatera Selatan. Desa tersebut berbatasan dengan Desa Tanah Abang Selatan di sebelah Utara, Desa Kemala (Prabumulih Barat) di sebelah Timur, Desa Siku di sebelah Selatan dan Desa Pantadewa di sebelah Barat. Sedangkan secara astronomis, situs tersebut terletak pada 39,5’59” LS dan 1045,5’45” BT.

Kompleks Percandian Bumiayu memiliki 10 (sepuluh) gundukan tanah yang diduga berisi struktur bata sisa bangunan kuno. Dari 10 (sepuluh) gundukan tanah tersebut 4 (empat) diantaranya berukuran cukup besar, yaitu gundukan Candi 1, Candi 2, Candi 3 dan Candi 8. Kawasan situs dialiri oleh Sungai Lematang di sebelah Timur dan dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, yaitu: Sungai Piabung, Sungai Lebak Jambu, Sungai Lebak Tolib, Sungai Lebak Panjang, Sungai Lebak Siku dan Sungai Siku Kecil. Keseluruhan sungai-sungai tersebut saling berhubungan membentuk parit yang mengelilingi kompleks percandian Bumiayu dan melalui Sungai Siku bermuara di Sungai Lematang.
Situs Bumiayu pertama kali dilaporkan oleh E.P Tombrink pada tahun 1864 dalam Hindoe Monumenten in de Bovenlanden van Palembang. Dalam kunjungannya di daerah Lematang Ulu dilaporkan adanya peninggalan-peninggalan Hindu berupa arca dari trasit berjumlah 26 buah, diantaranya berupa arca Nandi, sedang di daerah Lematang Ilir ditemukan runtuhan candi dekat Dusun Tanah Abang, dan sebuah relief burung kakatua yang sekarang disimpan di Museum Nasional. Kemudian pada tahun 1904 seorang kontrolir Belanda bernama A.J Knaap melaporkan bahwa di wilayah Lematang ditemukan sebuah runtuhan bangunan bata setinggi 1,75 meter, dan dari informasi yang diperoleh bahwa reruntuhan tersebut merupakan bekas keraton Gedebong-Undang. JLA Brandes juga melakukan penelitian pada tahun yang sama.Di dalam majalah Oudheidkundig Verslag, FDK. Bosch menyebutkan bahwa di Tanah Abang ditemukan sudut bangunan dengan hiasan makhluk ghana dari terrakota, sebuah kemuncak bangunan berbentuk seperti lingga, antefiks, dan sebuah arca tanpa kepala. Tahun sebelumnya yaitu tahun 1923 Westenenk melakukan hal yang sama. Pada tahun 1936 F.M. Schnitger telah menemukan tiga buah runtuhan bangunan bata, pecahan arca Siwa, dua buah kepala Kala, pecahan arca singa dan sejumlah bata berhias burung. Artefak-artefak yang dibawa Schnitger itu sekarang disimpan di Museum Badaruddin II, Palembang
Penelitian yang dilakukan oleh bangsa Indonesia baru dilaksanakan pada tahun 1973 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bekerja sama dengan Universitas Pennsylvania. Pada penelitian tersebut ditemukan tiga buah runtuhan bangunan yang dibuat dari batu bata. Kemudian pada tahun 1976 dilakukan survei dan berhasil menemukan tiga buah runtuhan bangunan. Penelitian secara intensif dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1990 yang bekerja sama dengan Ecole Francaise d’Extreme Orient (EFEO). Kemudian penelitian dilanjutkan pada tahun 1991 dengan melakukan pemetaan menyeluruh di kompleks Percandian Bumiayu, serta penelitian biologi dan geologi. Dari hasil penelitian tahap I ini dapat diketahui bahwa situs tersebut dikelilingi parit yang berhubungan dengan sungai Lematang. Sedang dari hasil pengamatan geologi dilaporkan bahwa lokasi kompleks percandian yang terletak di kelokan sungai Lematang ini dalam jangka waktu 20 tahun dikhawatirkan bangunan candinya akan terbawa arus sungai.


Hasil penelitian ini ditindaklanjuti dengan dilakukannya ekskavasi di Candi I pada tahun 1992 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Pada penelitian tahap II ini ditemukan sudut bangunan bagian penampil bangunan candi dan dilaporkan pula bahwa di kompleks percandian tersebut ditemukan sembilan buah gundukan tanah yang mengindikasikan adanya runtuhan bangunan serta memberi penomoran pada gundukan-gundukan tersebut. Penomoran di bagian belakang kata “candi” diurutkan berdasarkan urutan penemuannya, dan ditempatkan dalam peta situasi Kompleks Percandian Bumiayu. Penamaan “candi” pada setiap gundukan tidak mengindikasikan bahwa gundukan tersebut merupakan bangunan candi, karena dari hasil penelitian, diketahui bahwa tidak semua bangunan kuno yang terdapat di situs ini bersifat sakral, namun ada juga yang bersifat profan. Penamaan ini hanya dimaksudkan untuk memudahkan dalam inventarisasi. Dengan demikian tidak semua gundukan tanah yang ditemukan di situs Percandian Bumiayu merupakan runtuhan bangunan sakral yang biasa disebut bangunan candi. Di Kompleks Percandian Bumiayu berdasarkan hasil penelitian terdapat 11 (sebelas) struktur bata sisa bangunan kuno. 4 (empat) diantaranya telah dipugar, yaitu Candi 1, Candi 2, Candi 3, Candi 8, dan Candi 7. Kawasan situs dialiri oleh Sungai Lematang di sebelah Timur dan dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, yaitu: Sungai Piabung, Sungai Lebak Jambu, Sungai Lebak Tolib, Sungai Lebak Panjang, Sungai Lebak Siku dan Sungai Siku Kecil. Keseluruhan sungai-sungai tersebut saling berhubungan membentuk parit yang mengelilingi kompleks percandian Bumiayu dan melalui Sungai Siku bermuara di Sungai Lematang.
Kegiatan pemugaran di Situs Bumiayu pada awalnya dilakukan oleh Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (P2SKP) Propinsi Sumatera Selatan dengan melakukan penggalian secara menyeluruh di Candi 1 pada tahun 1992 - 1993. Dari hasil penggalian dan pengupasan Candi 1 dapat diketahui bentuk denah dan ukurannya. Selain itu juga ditemukan komponen-komponen bangunan dan sejumlah arca dari batu putih, seperti Siwa, arca Agastya, dua arca tokoh, dan arca yang menggambarkan tiga tokoh dari batu hitam. Pada tahun 1994 - 1995 dilanjutkan dengan pemugarannya. Candi induk yang berhasil dipugar kemudian dicungkup untuk pengamanannya pada tahun 1996. Pada tahun berikutnya berturut-turut dilakukan pemugaran terhadap Candi 3 dan 8.
Pemugaran Candi 2 dimulai dengan pengupasan gundukan pada tahun 2001 oleh Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Selatan. Selanjutnya pada tahun 2002 dan tahun 2003 dilakukan pemugarannya oleh Proyek Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (P2SP) Jambi dengan menggunakan dana APBN. Hal itu dikarenakan adanya perubahan Propinsi Sumatera Selatan menjadi daerah otonom. Pada Candi 2 yang telah dipugar kemudian dibangun cungkup oleh Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sumatera Selatan menggunakan dana APBD pada tahun 2004. Pada tahun yang sama juga dilakukan pengupasan, pemugaran, dan pencungkupan pada Candi 7, serta perbaikan bangsal temuan Candi 1.Pencungkupan yang dilakukan pada Candi 2 dan Candi 7 menggunakan model cungkup Candi 1, yaitu tiang coran semen, kuda-kuda dari besi, dan atap menggunakan seng. Deskripsi dari candi-candi itu sebagai berikut :

Candi 1
Candi 1 Bumiayu terletak di sebelah barat Sungai Piabung. Candi ini yang pertama akan terlihat ketika memasuki kompleks percandian Bumiayu. Pandangan dari jalan raya ke Candi 1 terhalang dikarenakan di dekatnya terdapat bangunan sekolah dasar. Candi 1 terpisah dari lingkungan sekitarnya dengan pagar BRC dan pagar kawat. Kompleks candi 1 terdiri dari satu buah candi induk dan tiga buah candi perwara.

a. Candi Induk
Candi induk merupakan bangunan yang telah dipugar dan dicungkup oleh Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (P2SKP) Propinsi Sumatera Selatan mulai tahun anggaran 1992/993 sampai dengan tahun anggaran 1995/1996. Bentuk bangunan berdenah empat persegipanjang berukuran 16,8 x 16 meter. Pada setiap sisinya terdapat sebuah penampil dan terdapat pilaster-pilaster di setiap sudutnya. Penampil bagian timur memiliki tangga masuk yang merupakan pintu masuk utama dan sekaligus menunjukkan arah hadap candi ke arah Timur. Pintu masuk menjorok ke depan sekitar 4,46 meter dari dinding sisi timur bangunan. Bentuk penampil terbagi menjadi tiga bagian yang masing-masing berdenah empat persegipanjang. Secara keseluruhan penampil di sisi timur ini membentuk denah segi dua belas yang ukurannya semakin ke timur semakin mengecil. Di depan penampil terdapat teras berlantai bata setinggi 0,25 meter dari permukaan tanah dengan ukuran 2,28 x 2,80 meter.
Candi 1 diperkirakan dibangun dalam dua tahapan. Bangunan utama candi dibuat pada tahap I dan berbahan dasar bata berwarna putih kekuningan serta tidak memiliki profil yang terletak di belakang penampil-penampil dan pilaster sudut. Penampil-penampil pada setiap sisi bangunan diduga merupakan bangunan tambahan pada tahap II, karena terlihat adanya ketidaksatuan antara penampil dengan bangunan utama. Dengan kata lain, struktur bata antara keduanya hanya menempel.

b. Candi Perwara
Candi Perwara berjumlah tiga buah yang terletak di sebelah Timur candi induk. Kondisi ketiga candi telah jauh berbeda dengan kondisi pada tahun 2002. Pada saat itu dilaporkan candi perwara I masih memiliki 11 lapis bata sedangkan candi lainnya di bawah 8 lapis bata. Uraian ketiga candi perwara adalah sebagai berikut :

Candi Perwara I
Candi terletak di sebelah Utara berukuran 5,20 x 5,20 meter dengan tinggi yang tersisa 0,72 meter. Bangunan berupa reruntuhan bata yang menyisakan lapisan bata sebanyak 9 lapis. Candi Perwara ini dalam kondisi yang paling baik dibandingkan dengan candi perwara lainnya.

Candi Perwara II
Candi perwara II terletak di tengah dan merupakan reruntuhan bangunan kedua yang kondisinya masih cukup baik. Candi ini juga berukuran 5,20 x 5,20 meter dengan tinggi 0,40 meter. Bata-bata dibagian penampil berhasil direkonstruksi dan membentuk denah empat persegipanjang. Di atas susunan bata bagian Selatan terdapat bata berelief yang diperkirakan merupakan bagian mulut binatang.

Candi Perwara III
Candi terletak di sebelah Selatan dan merupakan reruntuhan bata yang mengalami kerusakan paling parah. Bata-batanya telah banyak yang hilang. Namun berdasarkan sisa-sisa struktur yang ada diperkirakan bentuk bangunannya sama dengan bangunan lainnya, yaitu berukuran 5,20 x 5,20 meter. Struktur bata yang tersisa di bagian sisi Utara tingginya 0,32 meter.

Candi Perwara IV
Candi ini terletak sekitar 10 meter di sebelah Timur Candi Perwara dengan posisi sejajar dengan candi perwara II yang berada di tengah. Candi ini diperkirakan berdenah empat persegipanjang berukuran 2,40 x 3,30 meter. Lapisan bata yang masih tersisa berada di sisi timur berjumlah 5 lapis atau 0,40 meter.

c. Pagar Keliling
Di kompleks Candi 1 ini diperkirakan juga terdapat pagar keliling karena ekskavasi yang dilakukan di sebelah Selatan Candi Induk menemukan struktur bata yang memanjang dari Barat ke Timur. Struktur bata terdiri dari 5 lapis dengan ketebalan dinding 1 meter. Namun untuk menentukannya lebih lanjut perlu dilakukan penelitian di lokasi lainny, yaitu sebelah Utara, Timur, dan Barat.

Candi 7
Candi 7 terletak di sebelah Timut Laut Candi 1 dengan jarak 20 meter. Dari keletakannya sebetulnya Candi 7 ini masih bagian dari candi-candi yang berada di Candi 1. Pada mulanya Candi 7 merupakan gundukan tanah yang berukuran 18 x 18 meter dan tinggi sekitar 1 meter. Pada tahun 2002 tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan ekskavasi dan berhasil menemukan struktur bata yang memanjang dengan orientasi barat-timur panjangnya 390 cm. Pada tahun 2003 tim dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi melakukan ekskavasi dan menemukan struktur bata dengan lebar 1 meter. Sementara itu pada bagian tengah tidak ditemukan adanya susunan bata. Pada tahun 2004 Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sumatera Selatan melakukan kegiatan yang berupa pengupasan, konsolidasi, dan pencungkupan. Selain itu juga di bangun sebuah bangunan untuk menyimpan koleksi.
Candi 7 berdenah dasar empat persegipanjang dengan penampil di sebelah Barat. Denahnya berukuran 9 x 10,60 meter sedangkan penampil berukuran 5,53 x 5,80 meter. Bentuk Candi 7 ini tidak lazim karena bagian tengahnya kosong atau tidak ada bata-bata isian. Selain itu di bagian dalam atau tepatnya di sisi barat laut terdapat susunan bata yang membentuk lingkaran berukuran 1,55 x 1,75 cm. Berbeda dengan dibagian penampil yang padat dengan bata-bata isian yang sudah tidak lagi beraturan.


Candi 2
Candi 2 terletak di sebelah Barat Candi 1 atau di sebelah Utara Candi 3. Jarak antara Candi 1 ke Candi 2 dan antara Candi 2 dan Candi 3 hampir sama. Apabila ditarik garis lurus pada ketiga candi tersebut maka akan terbentuk segitiga sama kaki. Candi 2 merupakan sebuah kompleks bangunan candi yang terdiri dari sebuah candi induk, empat struktur bata, dan sebuah candi perwara.Di kompleks Candi 2 ini didapatkan empat buah struktur bata yang tidak terdapat di candi lain. Letaknya berjajar dengan orientasi Utara - Selatan. Fungsi keempat struktur bata tersebut belum diketahui. Kemungkinan pengupasan pada Perwara Candi 2 akan mengungkap keberadaan kedudukannya di dalam kompleks Candi 2.
a. Candi Induk
Candi induk merupakan bangunan yang telah dilakukan pengupasan oleh Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Selatan pada tahun 2000. Pemugarannya dilakukan oleh Proyek P2SP Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi pada tahun 2002 dan 2003. Sedangkan pencungkupannya oleh Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2004.
Bangunan candi induk berukuran 9,91 x 12,74 meter dan tinggi 1,0 meter. Denah dasarnya berbentuk persegi empat dengan ukuran 9,52 x 9,91 meter. Pada ketiga sisinya, kecuali sisi Timur terdapat penampil yang berukuran hampir sama sekitar 40 cm x 4,90 meter. Sedangkan di sisi Timur terdapat dua buah penampil yang berukuran 2,58 x 7,33 meter dan 0,52 x 3,30 meter. Penampil ini menjadi petunjuk arah hadap candi. Pada penampil ini terdapat dua buah jalan naik ke atas candi. Letaknya di sisi Utara dan Selatan. Di tempat itu terdapat dua susunan bata yang dibentuk membulat yang sama persis. Hal lain yang juga menarik pada penampil sisi timur adalah adanya susunan bata dengan pola susun lepas atau bareh (bhs. Jawa). Susunan bata tersebut berada pada lima lapis bata terbawah. Lokasinya antara denah denah dasar candi dengan penampil sisi timur dan yang lainnya di dekat atau di bawah hiasan bentuk yang membulat. Diperkirakan hal tersebut terjadi pada saat proses penyusunan bata yang terpisah antara denah dasar dengan penampil sisi timur atau merupakan bangunan tambahan.Candi induk ini menyisakan lapisan bata berjumlah 16 bata berdasarkan bukti yang diperoleh dari susunan bata hasil pengupasan di sisi selatan.

b. Candi Perwara
Berdasarkan kegiatan studi teknis yang dilakukan pada tahun 2006 diketahui bahwa gundukan candi mengandung struktur bata berbentuk empat persegi panjang berukuran 980 x 1300 cm. Pada sisi sebelah Barat terdapat struktur bata yang membentuk huruf U dengan panjang masing-masing sisinya 100 cm. Struktur yang berbentuk huruf U ini yang masih utuh terletak di sisi Selatan. Sementara yang terletak di sisi Utara telah rusak terkena pengupasan. Disimpulkan pula bahwa arah hadap bangunan adalah ke Barat. Bentuk denah bangunan ini mempunyai bentuk yang tidak umum. Adanya bagian sisi Barat yang membentuk huruf U dapat dikaitkan dengan keberadaan empat struktur bata yang berada tepat di antara Candi Induk dan Candi Perwara Candi 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa susunan bata di Candi Perwara 2 menyerupai pagar keliling.
c. Empat Struktur Bata
Empat struktur bata yang terletak di sebelah timur Candi induk mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu merupakan susunan bata yang dibentuk empat persegi panjang berukuran 68 cm x 78 cm. Posisi struktur bata berbaris dari utara ke selatan. Ketinggian keempat struktur tidak diketahui lagi, dikarenakan kondisinya sudah tidak lengkap. Struktur bata No. 1 menyisakan empat lapis bata, struktur bata No. 2 menyisakan 12 lapis bata, struktur bata No. 3 menyisakan empat lapis bata, dan struktur bata No. 4 menyisakan dua lapis bata. Pemugaran yang dilakukan pada struktur bata menjadikan Struktur bata No. 1 sebanyak 10 lapis bata, struktur bata No. 2 tetap 12 lapis bata, struktur bata No. 3 dan No. 4 sebanyak sembilan lapis bata.

Candi 8
Pada Bulan Oktober tahun 1997 dilakukan pengupasan terhadap gundukan tanah yang dinamakan Candi 8. Hasil pengupasan menampakkan struktur bangunan yang berukuran 5 x 12 meter. Selain struktur bangunan, di sebelah Timur bangunan tersebut ditemukan empat buah makara yang kondisinya relatif utuh. Candi 8 terletak di dekat sebuah danau yang ada di kompleks Candi Bumiayu. Danau tersebut berair di musim hujan dan sebaliknya akan kering di musim kemarau. Lokasi Candi 8 ini akan dilewati ketika akan menuju Candi 3. Candi 8 mempunyai bentuk yang berbeda dengan candi-candi lainnya karena candi induknya berbentuk persegi panjang.

a. Candi Induk
Candi induk berdenah empat persegi panjang berukuran 5 x 12 meter. Setelah empat lapis bata dibagian bawah, diatasnya terdapat bata-bata berhias yang tidak beraturan. Bata-bata berhias itu tampak seperti ditempatkan begitu saja. Selanjutnya disusun bata sebanyak enam lapis dengan dua lapis teratas dipasang menjorok ke dalam.

b. Candi Perwara
Candi Perwara ini terletak di sebelah Selatan candi induk berjarak 12 Meter. Candi ini mempunyai denah yang berbeda dengan candi induknya, yaitu berdenah bujur sangkar berukuran 3,10 x 2,10 x 0,42 meter. Candi Perwara menyisakan enam lapis bata yagn semakin rapuh karena terkena panas dan hujan terus menerus. Ukuran Batanya adalah 29 x 18 x 7 cm.

Candi 3
Pada tahun 1996 sd. 1997 dilakukan pengupasan yang berhasil menemukan adanya sau buah candi induk dan tiga buah candi perwara. Kegiatan pengupasan tersebut juga menghasilkan komponen-komponen bangunan yang tidak diketahui lagi tempatnya dan fragmen arca yang berbagai jenis. Candi 3 ini dibandingkan dengan candi-candi lainnya diperkirakan yang paling megah bangunan. Candi induknya berdenah 12 persegi dengan sekeliling bangunan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran mulai dari bagian kaki hingga atap. Candi 3 Bumiayu sekarang ini merupakan kompleks candi yang paling jauh dari jalan masuk. Letak Candi 3 dari Candi 1 berjarak sekitar 500 meter. Candi 3 dikelilingi pagar kawat yang sekarang telah rusak berukuran 50 x 70 meter. Namun sebenarnya dibagian luar dari pagar kawat tersebut terdapat gundukan memanjang yang diperkirakan pagar keliling yang lebarnya sekitar 2 meter dan tingginya 0,40 meter.

a. Candi Induk
Candi induk mempunyai bentuk unik karena berdenah segi dua puluh yang terbentuk dari segi empat yang berukuran 13,80 x 13,80 meter dan empat buah penampil di empat sisinya berukuran 1,80 x 3,50 meter. Tetapi pada bagian pusat bangunan berdenah segi delapan yang sisi-sisinya berukuran 1 meter. Diperkirakan pada masa berdirinya candi induk ini dahulunya, bagian yang berdenah segi empat merupakan bagian kaki candi, sedangkan bagian yang berdenah delapan ini menjulang tinggi sebagai bagian dari tubuh candi. Sekarang lapisan bata yang tersisa dari candi induk ini adalah berjumlah 23 lapis bata. Lapisan yang paling tinggi terdapat dibagian pusat bangunan atau yang berdenah delapan. Kerusakan lapisan bata yang parah terjadi pada bagian bata luar (kulit).
Pada bagian Timur Candi induk terdapat struktur bata yang merupakan selasar penghubung dengan Candi Perwara I. Berdasarkan hal itu, maka diperkirakan bahwa arah hadap atau pintu tangga menuju batur adalah di sebelah Timur.

b. Candi Perwara
Candi Perwara di kompleks Candi 3 berjumlah 3 buah yang terletak di sebelah Utara, Timur, dan Selatan candi induk. Candi-candi tersebut mempunyai ukuran yang berbeda dengan candi perwara yang paling luas di sebelah Timur dan candi perwara yang terkecil di sebelah Utara. Uraian candi-candi perwara itu adalah sebagai berikut

Candi Perwara I
Candi Perwara I merupakan candi yang ukurannya paling luas berdenah segi empat berukuran 11 x 11,40 meter. Candi Perwara ini terhubung dengan candi induk dengan adanya selasar. Lapisan bata yang masih tersisa berjumlah 2 lapis. Pada bagian tengah candi berupa tanah yang tidak rata permukaannya.

Candi Perwara II
Candi Perwara II ini terletak di sebelah Selatan candi induk. Lokasinya persis di Selatan candi induk dan sangat dekat. Namun antara keduanya terpisah dan tidak ada selasar seperti pada candi perwara I. Candi Perwara II berdenah bujursangkar berukuran 5,20 x 7,40. Pada sisi Utara terdapat penampil berukuran 1,20 x 1,20 meter. Bata-bata pada penampil ini disusun kembali sampai menutupi bagian atasnya. Sedangkan bagian lainnya hanya ditutup dengan dengan pasir.

Candi Perwara III
Candi Perwara III lokasinya di sebelah Utara dari Candi Perwara I. Candi berdenah segi empat berukuran 6,70 x 6,70 meter. Lapisan bata hasil penyusunan kembali berjumlah 5 lapis. Bagian atas candi keseluruhan tertutup oleh susunan bata.