Candi Bumiayu : Candi Hindu di Tepi Sungai Lematang
Kompleks
Percandian Bumiayu secara administratif terletak di Desa Bumiayu,
Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Muaraenim, Propinsi Sumatera Selatan.
Desa tersebut berbatasan dengan Desa Tanah Abang Selatan di sebelah
Utara, Desa Kemala (Prabumulih Barat) di sebelah Timur, Desa Siku di
sebelah Selatan dan Desa Pantadewa di sebelah Barat. Sedangkan secara
astronomis, situs tersebut terletak pada 39,5’59” LS dan 1045,5’45”
BT.
Kompleks Percandian
Bumiayu memiliki 10 (sepuluh) gundukan tanah yang diduga berisi struktur
bata sisa bangunan kuno. Dari 10 (sepuluh) gundukan tanah tersebut 4
(empat) diantaranya berukuran cukup besar, yaitu gundukan Candi 1, Candi
2, Candi 3 dan Candi 8. Kawasan situs dialiri oleh Sungai Lematang di
sebelah Timur dan dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, yaitu: Sungai
Piabung, Sungai Lebak Jambu, Sungai Lebak Tolib, Sungai Lebak Panjang,
Sungai Lebak Siku dan Sungai Siku Kecil. Keseluruhan sungai-sungai
tersebut saling berhubungan membentuk parit yang mengelilingi kompleks
percandian Bumiayu dan melalui Sungai Siku bermuara di Sungai Lematang.
Situs
Bumiayu pertama kali dilaporkan oleh E.P Tombrink pada tahun 1864 dalam
Hindoe Monumenten in de Bovenlanden van Palembang. Dalam kunjungannya
di daerah Lematang Ulu dilaporkan adanya peninggalan-peninggalan Hindu
berupa arca dari trasit berjumlah 26 buah, diantaranya berupa arca
Nandi, sedang di daerah Lematang Ilir ditemukan runtuhan candi dekat
Dusun Tanah Abang, dan sebuah relief burung kakatua yang sekarang
disimpan di Museum Nasional. Kemudian pada tahun 1904 seorang kontrolir
Belanda bernama A.J Knaap melaporkan bahwa di wilayah Lematang
ditemukan sebuah runtuhan bangunan bata setinggi 1,75 meter, dan dari
informasi yang diperoleh bahwa reruntuhan tersebut merupakan bekas
keraton Gedebong-Undang. JLA Brandes juga melakukan penelitian pada
tahun yang sama.Di dalam majalah Oudheidkundig Verslag, FDK. Bosch
menyebutkan bahwa di Tanah Abang ditemukan sudut bangunan dengan hiasan
makhluk ghana dari terrakota, sebuah kemuncak bangunan berbentuk seperti
lingga, antefiks, dan sebuah arca tanpa kepala. Tahun sebelumnya yaitu
tahun 1923 Westenenk melakukan hal yang sama. Pada tahun 1936 F.M.
Schnitger telah menemukan tiga buah runtuhan bangunan bata, pecahan arca
Siwa, dua buah kepala Kala, pecahan arca singa dan sejumlah bata
berhias burung. Artefak-artefak yang dibawa Schnitger itu sekarang
disimpan di Museum Badaruddin II, Palembang
Penelitian
yang dilakukan oleh bangsa Indonesia baru dilaksanakan pada tahun 1973
oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bekerja sama dengan Universitas
Pennsylvania. Pada penelitian tersebut ditemukan tiga buah runtuhan
bangunan yang dibuat dari batu bata. Kemudian pada tahun 1976 dilakukan
survei dan berhasil menemukan tiga buah runtuhan bangunan. Penelitian
secara intensif dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada
tahun 1990 yang bekerja sama dengan Ecole Francaise d’Extreme Orient
(EFEO). Kemudian penelitian dilanjutkan pada tahun 1991 dengan melakukan
pemetaan menyeluruh di kompleks Percandian Bumiayu, serta penelitian
biologi dan geologi. Dari hasil penelitian tahap I ini dapat diketahui
bahwa situs tersebut dikelilingi parit yang berhubungan dengan sungai
Lematang. Sedang dari hasil pengamatan geologi dilaporkan bahwa lokasi
kompleks percandian yang terletak di kelokan sungai Lematang ini dalam
jangka waktu 20 tahun dikhawatirkan bangunan candinya akan terbawa arus
sungai.
Hasil
penelitian ini ditindaklanjuti dengan dilakukannya ekskavasi di Candi I
pada tahun 1992 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Pada
penelitian tahap II ini ditemukan sudut bangunan bagian penampil
bangunan candi dan dilaporkan pula bahwa di kompleks percandian tersebut
ditemukan sembilan buah gundukan tanah yang mengindikasikan adanya
runtuhan bangunan serta memberi penomoran pada gundukan-gundukan
tersebut. Penomoran di bagian belakang kata “candi” diurutkan
berdasarkan urutan penemuannya, dan ditempatkan dalam peta situasi
Kompleks Percandian Bumiayu. Penamaan “candi” pada setiap gundukan
tidak mengindikasikan bahwa gundukan tersebut merupakan bangunan candi,
karena dari hasil penelitian, diketahui bahwa tidak semua bangunan kuno
yang terdapat di situs ini bersifat sakral, namun ada juga yang bersifat
profan. Penamaan ini hanya dimaksudkan untuk memudahkan dalam
inventarisasi. Dengan demikian tidak semua gundukan tanah yang ditemukan
di situs Percandian Bumiayu merupakan runtuhan bangunan sakral yang
biasa disebut bangunan candi. Di Kompleks Percandian Bumiayu berdasarkan
hasil penelitian terdapat 11 (sebelas) struktur bata sisa bangunan
kuno. 4 (empat) diantaranya telah dipugar, yaitu Candi 1, Candi 2,
Candi 3, Candi 8, dan Candi 7. Kawasan situs dialiri oleh Sungai
Lematang di sebelah Timur dan dikelilingi oleh sungai-sungai kecil,
yaitu: Sungai Piabung, Sungai Lebak Jambu, Sungai Lebak Tolib, Sungai
Lebak Panjang, Sungai Lebak Siku dan Sungai Siku Kecil. Keseluruhan
sungai-sungai tersebut saling berhubungan membentuk parit yang
mengelilingi kompleks percandian Bumiayu dan melalui Sungai Siku
bermuara di Sungai Lematang.
Kegiatan
pemugaran di Situs Bumiayu pada awalnya dilakukan oleh Proyek
Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (P2SKP)
Propinsi Sumatera Selatan dengan melakukan penggalian secara menyeluruh
di Candi 1 pada tahun 1992 - 1993. Dari hasil penggalian dan pengupasan
Candi 1 dapat diketahui bentuk denah dan ukurannya. Selain itu juga
ditemukan komponen-komponen bangunan dan sejumlah arca dari batu putih,
seperti Siwa, arca Agastya, dua arca tokoh, dan arca yang menggambarkan
tiga tokoh dari batu hitam. Pada tahun 1994 - 1995 dilanjutkan dengan
pemugarannya. Candi induk yang berhasil dipugar kemudian dicungkup untuk
pengamanannya pada tahun 1996. Pada tahun berikutnya berturut-turut
dilakukan pemugaran terhadap Candi 3 dan 8.
Pemugaran
Candi 2 dimulai dengan pengupasan gundukan pada tahun 2001 oleh Proyek
Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera
Selatan. Selanjutnya pada tahun 2002 dan tahun 2003 dilakukan
pemugarannya oleh Proyek Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala
(P2SP) Jambi dengan menggunakan dana APBN. Hal itu dikarenakan adanya
perubahan Propinsi Sumatera Selatan menjadi daerah otonom. Pada Candi 2
yang telah dipugar kemudian dibangun cungkup oleh Subdin Kebudayaan
Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sumatera Selatan menggunakan dana
APBD pada tahun 2004. Pada tahun yang sama juga dilakukan pengupasan,
pemugaran, dan pencungkupan pada Candi 7, serta perbaikan bangsal
temuan Candi 1.Pencungkupan yang dilakukan pada Candi 2 dan Candi 7
menggunakan model cungkup Candi 1, yaitu tiang coran semen, kuda-kuda
dari besi, dan atap menggunakan seng. Deskripsi dari candi-candi itu
sebagai berikut :
Candi 1
Candi
1 Bumiayu terletak di sebelah barat Sungai Piabung. Candi ini yang
pertama akan terlihat ketika memasuki kompleks percandian Bumiayu.
Pandangan dari jalan raya ke Candi 1 terhalang dikarenakan di dekatnya
terdapat bangunan sekolah dasar. Candi 1 terpisah dari lingkungan
sekitarnya dengan pagar BRC dan pagar kawat. Kompleks candi 1 terdiri
dari satu buah candi induk dan tiga buah candi perwara.
a. Candi Induk
Candi
induk merupakan bangunan yang telah dipugar dan dicungkup oleh Proyek
Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (P2SKP)
Propinsi Sumatera Selatan mulai tahun anggaran 1992/993 sampai dengan
tahun anggaran 1995/1996. Bentuk bangunan berdenah empat persegipanjang
berukuran 16,8 x 16 meter. Pada setiap sisinya terdapat sebuah penampil
dan terdapat pilaster-pilaster di setiap sudutnya. Penampil bagian timur
memiliki tangga masuk yang merupakan pintu masuk utama dan sekaligus
menunjukkan arah hadap candi ke arah Timur. Pintu masuk menjorok ke
depan sekitar 4,46 meter dari dinding sisi timur bangunan. Bentuk
penampil terbagi menjadi tiga bagian yang masing-masing berdenah empat
persegipanjang. Secara keseluruhan penampil di sisi timur ini membentuk
denah segi dua belas yang ukurannya semakin ke timur semakin mengecil.
Di depan penampil terdapat teras berlantai bata setinggi 0,25 meter dari
permukaan tanah dengan ukuran 2,28 x 2,80 meter.
Candi
1 diperkirakan dibangun dalam dua tahapan. Bangunan utama candi dibuat
pada tahap I dan berbahan dasar bata berwarna putih kekuningan serta
tidak memiliki profil yang terletak di belakang penampil-penampil dan
pilaster sudut. Penampil-penampil pada setiap sisi bangunan diduga
merupakan bangunan tambahan pada tahap II, karena terlihat adanya
ketidaksatuan antara penampil dengan bangunan utama. Dengan kata lain,
struktur bata antara keduanya hanya menempel.
b. Candi Perwara
Candi
Perwara berjumlah tiga buah yang terletak di sebelah Timur candi induk.
Kondisi ketiga candi telah jauh berbeda dengan kondisi pada tahun 2002.
Pada saat itu dilaporkan candi perwara I masih memiliki 11 lapis bata
sedangkan candi lainnya di bawah 8 lapis bata. Uraian ketiga candi
perwara adalah sebagai berikut :
Candi Perwara I
Candi
terletak di sebelah Utara berukuran 5,20 x 5,20 meter dengan tinggi
yang tersisa 0,72 meter. Bangunan berupa reruntuhan bata yang menyisakan
lapisan bata sebanyak 9 lapis. Candi Perwara ini dalam kondisi yang
paling baik dibandingkan dengan candi perwara lainnya.Candi Perwara II
Candi
perwara II terletak di tengah dan merupakan reruntuhan bangunan kedua
yang kondisinya masih cukup baik. Candi ini juga berukuran 5,20 x 5,20
meter dengan tinggi 0,40 meter. Bata-bata dibagian penampil berhasil
direkonstruksi dan membentuk denah empat persegipanjang. Di atas susunan
bata bagian Selatan terdapat bata berelief yang diperkirakan merupakan
bagian mulut binatang.
Candi Perwara III
Candi
terletak di sebelah Selatan dan merupakan reruntuhan bata yang
mengalami kerusakan paling parah. Bata-batanya telah banyak yang hilang.
Namun berdasarkan sisa-sisa struktur yang ada diperkirakan bentuk
bangunannya sama dengan bangunan lainnya, yaitu berukuran 5,20 x 5,20
meter. Struktur bata yang tersisa di bagian sisi Utara tingginya 0,32
meter.
Candi Perwara IV
Candi
ini terletak sekitar 10 meter di sebelah Timur Candi Perwara dengan
posisi sejajar dengan candi perwara II yang berada di tengah. Candi ini
diperkirakan berdenah empat persegipanjang berukuran 2,40 x 3,30 meter.
Lapisan bata yang masih tersisa berada di sisi timur berjumlah 5 lapis
atau 0,40 meter.
c. Pagar Keliling
Di kompleks Candi 1 ini diperkirakan juga terdapat pagar keliling karena ekskavasi yang dilakukan di sebelah Selatan Candi Induk menemukan struktur bata yang memanjang dari Barat ke Timur. Struktur bata terdiri dari 5 lapis dengan ketebalan dinding 1 meter. Namun untuk menentukannya lebih lanjut perlu dilakukan penelitian di lokasi lainny, yaitu sebelah Utara, Timur, dan Barat.
Candi 7
Candi
7 terletak di sebelah Timut Laut Candi 1 dengan jarak 20 meter. Dari
keletakannya sebetulnya Candi 7 ini masih bagian dari candi-candi yang
berada di Candi 1. Pada mulanya Candi 7 merupakan gundukan tanah yang
berukuran 18 x 18 meter dan tinggi sekitar 1 meter. Pada tahun 2002 tim
dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan ekskavasi dan
berhasil menemukan struktur bata yang memanjang dengan orientasi
barat-timur panjangnya 390 cm. Pada tahun 2003 tim dari Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi melakukan ekskavasi dan
menemukan struktur bata dengan lebar 1 meter. Sementara itu pada bagian
tengah tidak ditemukan adanya susunan bata. Pada tahun 2004 Subdin
Kebudayaan Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sumatera Selatan melakukan
kegiatan yang berupa pengupasan, konsolidasi, dan pencungkupan. Selain
itu juga di bangun sebuah bangunan untuk menyimpan koleksi.
Candi
7 berdenah dasar empat persegipanjang dengan penampil di sebelah Barat.
Denahnya berukuran 9 x 10,60 meter sedangkan penampil berukuran 5,53 x
5,80 meter. Bentuk Candi 7 ini tidak lazim karena bagian tengahnya
kosong atau tidak ada bata-bata isian. Selain itu di bagian dalam atau
tepatnya di sisi barat laut terdapat susunan bata yang membentuk
lingkaran berukuran 1,55 x 1,75 cm. Berbeda dengan dibagian penampil
yang padat dengan bata-bata isian yang sudah tidak lagi beraturan.
Candi 2
Candi
2 terletak di sebelah Barat Candi 1 atau di sebelah Utara Candi 3.
Jarak antara Candi 1 ke Candi 2 dan antara Candi 2 dan Candi 3 hampir
sama. Apabila ditarik garis lurus pada ketiga candi tersebut maka akan
terbentuk segitiga sama kaki. Candi 2 merupakan sebuah kompleks
bangunan candi yang terdiri dari sebuah candi induk, empat struktur
bata, dan sebuah candi perwara.Di kompleks Candi 2 ini didapatkan empat
buah struktur bata yang tidak terdapat di candi lain. Letaknya berjajar
dengan orientasi Utara - Selatan. Fungsi keempat struktur bata tersebut
belum diketahui. Kemungkinan pengupasan pada Perwara Candi 2 akan
mengungkap keberadaan kedudukannya di dalam kompleks Candi 2.
a. Candi Induk
Candi
induk merupakan bangunan yang telah dilakukan pengupasan oleh Proyek
Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera
Selatan pada tahun 2000. Pemugarannya dilakukan oleh Proyek P2SP Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi pada tahun 2002 dan 2003.
Sedangkan pencungkupannya oleh Dinas Pendidikan Nasional Propinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2004.
Bangunan
candi induk berukuran 9,91 x 12,74 meter dan tinggi 1,0 meter. Denah
dasarnya berbentuk persegi empat dengan ukuran 9,52 x 9,91 meter. Pada
ketiga sisinya, kecuali sisi Timur terdapat penampil yang berukuran
hampir sama sekitar 40 cm x 4,90 meter. Sedangkan di sisi Timur
terdapat dua buah penampil yang berukuran 2,58 x 7,33 meter dan 0,52
x 3,30 meter. Penampil ini menjadi petunjuk arah hadap candi. Pada
penampil ini terdapat dua buah jalan naik ke atas candi.
Letaknya di sisi Utara dan Selatan. Di tempat itu terdapat dua susunan
bata yang dibentuk membulat yang sama persis. Hal lain yang juga menarik
pada penampil sisi timur adalah adanya susunan bata dengan pola susun
lepas atau bareh (bhs. Jawa). Susunan bata tersebut berada pada lima
lapis bata terbawah. Lokasinya antara denah denah dasar candi dengan
penampil sisi timur dan yang lainnya di dekat atau di bawah hiasan
bentuk yang membulat. Diperkirakan hal tersebut terjadi pada saat proses
penyusunan bata yang terpisah antara denah dasar dengan penampil sisi
timur atau merupakan bangunan tambahan.Candi induk ini menyisakan
lapisan bata berjumlah 16 bata berdasarkan bukti yang diperoleh dari
susunan bata hasil pengupasan di sisi selatan.
b. Candi Perwara
Berdasarkan
kegiatan studi teknis yang dilakukan pada tahun 2006 diketahui bahwa
gundukan candi mengandung struktur bata berbentuk empat persegi panjang
berukuran 980 x 1300 cm. Pada sisi sebelah Barat terdapat struktur bata
yang membentuk huruf U dengan panjang masing-masing sisinya 100 cm.
Struktur yang berbentuk huruf U ini yang masih utuh terletak di sisi
Selatan. Sementara yang terletak di sisi Utara telah rusak terkena
pengupasan. Disimpulkan pula bahwa arah hadap bangunan adalah ke Barat.
Bentuk denah bangunan ini mempunyai bentuk yang tidak umum. Adanya
bagian sisi Barat yang membentuk huruf U dapat dikaitkan dengan
keberadaan empat struktur bata yang berada tepat di antara Candi Induk
dan Candi Perwara Candi 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa susunan bata
di Candi Perwara 2 menyerupai pagar keliling.
c. Empat Struktur Bata
Empat
struktur bata yang terletak di sebelah timur Candi induk mempunyai
bentuk dan ukuran yang sama, yaitu merupakan susunan bata yang dibentuk
empat persegi panjang berukuran 68 cm x 78 cm. Posisi struktur bata
berbaris dari utara ke selatan. Ketinggian keempat struktur tidak
diketahui lagi, dikarenakan kondisinya sudah tidak lengkap. Struktur
bata No. 1 menyisakan empat lapis bata, struktur bata No. 2 menyisakan
12 lapis bata, struktur bata No. 3 menyisakan empat lapis bata, dan
struktur bata No. 4 menyisakan dua lapis bata. Pemugaran yang dilakukan
pada struktur bata menjadikan Struktur bata No. 1 sebanyak 10 lapis
bata, struktur bata No. 2 tetap 12 lapis bata, struktur bata No. 3 dan
No. 4 sebanyak sembilan lapis bata.
Candi 8
Pada
Bulan Oktober tahun 1997 dilakukan pengupasan terhadap gundukan tanah
yang dinamakan Candi 8. Hasil pengupasan menampakkan struktur bangunan
yang berukuran 5 x 12 meter. Selain struktur bangunan, di sebelah Timur
bangunan tersebut ditemukan empat buah makara yang kondisinya relatif
utuh. Candi 8 terletak di dekat sebuah danau yang ada di kompleks Candi
Bumiayu. Danau tersebut berair di musim hujan dan sebaliknya akan
kering di musim kemarau. Lokasi Candi 8 ini akan dilewati ketika akan
menuju Candi 3. Candi 8 mempunyai bentuk yang berbeda dengan candi-candi
lainnya karena candi induknya berbentuk persegi panjang.
a. Candi Induk
Candi
induk berdenah empat persegi panjang berukuran 5 x 12 meter. Setelah
empat lapis bata dibagian bawah, diatasnya terdapat bata-bata berhias
yang tidak beraturan. Bata-bata berhias itu tampak seperti ditempatkan
begitu saja. Selanjutnya disusun bata sebanyak enam lapis dengan dua
lapis teratas dipasang menjorok ke dalam.
b. Candi Perwara
Candi
Perwara ini terletak di sebelah Selatan candi induk berjarak 12 Meter.
Candi ini mempunyai denah yang berbeda dengan candi induknya, yaitu
berdenah bujur sangkar berukuran 3,10 x 2,10 x 0,42 meter. Candi
Perwara menyisakan enam lapis bata yagn semakin rapuh karena terkena
panas dan hujan terus menerus. Ukuran Batanya adalah 29 x 18 x 7 cm.
Candi 3
Pada
tahun 1996 sd. 1997 dilakukan pengupasan yang berhasil menemukan adanya
sau buah candi induk dan tiga buah candi perwara. Kegiatan pengupasan
tersebut juga menghasilkan komponen-komponen bangunan yang tidak
diketahui lagi tempatnya dan fragmen arca yang berbagai jenis. Candi 3
ini dibandingkan dengan candi-candi lainnya diperkirakan yang paling
megah bangunan. Candi induknya berdenah 12 persegi dengan sekeliling
bangunan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran mulai dari bagian kaki hingga
atap. Candi 3 Bumiayu sekarang ini merupakan kompleks candi yang paling
jauh dari jalan masuk. Letak Candi 3 dari Candi 1 berjarak sekitar 500
meter. Candi 3 dikelilingi pagar kawat yang sekarang telah rusak
berukuran 50 x 70 meter. Namun sebenarnya dibagian luar dari pagar kawat
tersebut terdapat gundukan memanjang yang diperkirakan pagar keliling
yang lebarnya sekitar 2 meter dan tingginya 0,40 meter.
a. Candi Induk
Candi
induk mempunyai bentuk unik karena berdenah segi dua puluh yang
terbentuk dari segi empat yang berukuran 13,80 x 13,80 meter dan empat
buah penampil di empat sisinya berukuran 1,80 x 3,50 meter. Tetapi
pada bagian pusat bangunan berdenah segi delapan yang sisi-sisinya
berukuran 1 meter. Diperkirakan pada masa berdirinya candi induk ini
dahulunya, bagian yang berdenah segi empat merupakan bagian kaki candi,
sedangkan bagian yang berdenah delapan ini menjulang tinggi sebagai
bagian dari tubuh candi. Sekarang lapisan bata yang tersisa dari candi
induk ini adalah berjumlah 23 lapis bata. Lapisan yang paling tinggi
terdapat dibagian pusat bangunan atau yang berdenah delapan. Kerusakan
lapisan bata yang parah terjadi pada bagian bata luar (kulit).
Pada
bagian Timur Candi induk terdapat struktur bata yang merupakan selasar
penghubung dengan Candi Perwara I. Berdasarkan hal itu, maka
diperkirakan bahwa arah hadap atau pintu tangga menuju batur adalah di
sebelah Timur.
b. Candi Perwara
Candi
Perwara di kompleks Candi 3 berjumlah 3 buah yang terletak di sebelah
Utara, Timur, dan Selatan candi induk. Candi-candi tersebut mempunyai
ukuran yang berbeda dengan candi perwara yang paling luas di sebelah
Timur dan candi perwara yang terkecil di sebelah Utara. Uraian
candi-candi perwara itu adalah sebagai berikut
Candi Perwara I
Candi
Perwara I merupakan candi yang ukurannya paling luas berdenah segi
empat berukuran 11 x 11,40 meter. Candi Perwara ini terhubung dengan
candi induk dengan adanya selasar. Lapisan bata yang masih tersisa
berjumlah 2 lapis. Pada bagian tengah candi berupa tanah yang tidak rata
permukaannya.
Candi Perwara II
Candi
Perwara II ini terletak di sebelah Selatan candi induk. Lokasinya
persis di Selatan candi induk dan sangat dekat. Namun antara keduanya
terpisah dan tidak ada selasar seperti pada candi perwara I. Candi
Perwara II berdenah bujursangkar berukuran 5,20 x 7,40. Pada sisi Utara
terdapat penampil berukuran 1,20 x 1,20 meter. Bata-bata pada penampil
ini disusun kembali sampai menutupi bagian atasnya. Sedangkan bagian
lainnya hanya ditutup dengan dengan pasir.
Candi Perwara III
Candi
Perwara III lokasinya di sebelah Utara dari Candi Perwara I. Candi
berdenah segi empat berukuran 6,70 x 6,70 meter. Lapisan bata hasil
penyusunan kembali berjumlah 5 lapis. Bagian atas candi keseluruhan
tertutup oleh susunan bata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar