Oleh: Sondang M. Siregar
A. Pendahuluan
Keramik berasal dari kata ceramic dalam bahasa Inggrisnya, sedangkan dalam bahasa Yunani adalah keramos yang berarti barang pecah belah atau barang yang dibuat dari tanah liat yang dibakar. Di Indonesia ada kecenderungan menggunakan istilah keramik untuk barang-barang yang diglasir terbuat dari bahan batuan (stoneware) dan porselin (porcelain), sedangkan earthenware atau pottery digunakan istilah tembikar (McKinnon,1996:1).
Keramik umumnya digunakan sebagai barang sehari-hari, benda koleksi atau sebagai hadiah dari penguasa dan barang dagangan. Keramik kuna banyak ditemukan di tepi Sungai Lematang dan sekitar kompleks percandian Bumiayu yang terbuat dari bahan tembikar, batuan dan porselen. Sebagian besar keramik ditemukan dalam kondisi fragmentaris. Adapula ditemukan utuh oleh penduduk di tebing-tebing Sungai Lematang. Keramik-keramik tersebut diperkirakan buatan lokal dan buatan luar (asing).
Keramik asing ditemukan dalam jumlah yang banyak dan bervariasi jenisnya, hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana keramik tersebut bisa berada di lokasi, Adanya kemungkinan dahulu di Daerah Aliran Sungai Lematang (DAS Lematang) sebagai salah satu jalur perdagangan. Oleh karena itu tulisan ini berusaha mengungkapkan jejak-jejak perdagangan di DAS Lematang, melalui analisis keramik yang ditemukan di DAS Lematang.
B. Jenis-jenis Keramik
Berdasarkan atas analisis Retno Raswaty, keramik dari DAS Lematang terbuat dari dua jenis bahan, yaitu porselen dan batuan dengan partikel halus dan tekstur halus serta partikel kasar dan tekstur yang renggang. Porselen berwarna putih, putih keabuan dan krem. Beberapa di antaranya terdapat bintik-bintik hitam. Pada porselen kasar terdapat lubang-lubang seperti titik jarum namun belum sampai tembus permukaan. Sedangkan bahan batuan berwarna krem, abu-abu keunguan dan abu-abu, sebagian besar berpartikel kasar dengan tekstur renggang (Siregar,2003:11).
Glasir yang digunakan adalah monokrom dan polikrom. Glasir monokrom ditemukan dalam warna putih, hijau seladon, coklat, coklat kehitaman, hijau kebiruan dan biru telur asin (qingbay), sedangkan glasir polikrom ditemukan pada glasir biru putih dan dengan warna dari swatow. Motif hias yang ditemukan berupa motif yang dibingkai dalam panil-panil bermotif yang melambangkan delapan lambang Buddha (teratai), lambang-lambang keberuntungan seperti castanyet dan pustaka. Motif lainnya berupa motif ombak, panil, teratai, mutiara yang menyala, tanaman air, suluran, motif burung, peoni, krisan, serta berbagai variasi bentuk suluran, fauna (burung) dan pemandangan alam. Pada sebagian besar keramik biru putih, glasir dijumpai berwarna kusam dengan beberapa di antaranya cenderung biru kehitaman dengan pengglasiran yang tidak merata, lingkaran kaki ada yang berglasir dan tidak berglasir serta dijumpai adanya keramik dengan bagian dasar dilekati oleh pasir. Beberapa di antaranya menilik glasir yang mengkilat. Dijumpai pula keramik-keramik dengan bekas penyangga keramik (spurmarks) berupa jejak lingkaran berwarna hitam maupun kuning kemerahan. Ditemukan pula keramik glasir dwiwarna (coklat dan putih mutiara) yang unik dan ditemukan hanya dua buah, yaitu berbentuk wadah saus dan tutup cepuk yang berasal dari Sawankhalok abad 14-16 M (Siregar,2003:11 ## 12).
Keramik Cina dari DAS Lematang terbanyak berasal dari abad ke-8 ## 19 M, yaitu dari dinasti Tang, Sung, Ming, Ching. Jenis terbanyak adalah keramik Swatow dan Kraak. Keramik lainnya adalah dari Vietnam abad ke-16 M, dari Thailand berupa fragmen tungku Sawankhalok abad ke-14-16 M, serta dari Yoshida, Jepang sekitar abad ke-19 M. Sementara itu, keramik Eropa umumnya berasal dari abad ke-19 M, meliputi Belanda dan Inggris (Siregar,2003:12).
Keramik dari DAS Lematang terbanyak adalah mangkuk (512 fragmen porselen dan 459 fragmen batuan), guci (610 fragmen batuan). Sementara itu, di Candi Bumiayu 3 banyak ditemukan guci (69 fragmen), baik bahan batuan maupun porselen. Selain itu ditemukan pula mangkuk, jambangan dan cepuk, yang berasal dari dinasti Tang sampai Sung (abad ke-10 ## 13 M) (Tri Marhaeni, 2000:15 ## 16).
Tabel 1: Bentuk-Bentuk Keramik Asing dari Das LematangA. Pendahuluan
Keramik berasal dari kata ceramic dalam bahasa Inggrisnya, sedangkan dalam bahasa Yunani adalah keramos yang berarti barang pecah belah atau barang yang dibuat dari tanah liat yang dibakar. Di Indonesia ada kecenderungan menggunakan istilah keramik untuk barang-barang yang diglasir terbuat dari bahan batuan (stoneware) dan porselin (porcelain), sedangkan earthenware atau pottery digunakan istilah tembikar (McKinnon,1996:1).
Keramik umumnya digunakan sebagai barang sehari-hari, benda koleksi atau sebagai hadiah dari penguasa dan barang dagangan. Keramik kuna banyak ditemukan di tepi Sungai Lematang dan sekitar kompleks percandian Bumiayu yang terbuat dari bahan tembikar, batuan dan porselen. Sebagian besar keramik ditemukan dalam kondisi fragmentaris. Adapula ditemukan utuh oleh penduduk di tebing-tebing Sungai Lematang. Keramik-keramik tersebut diperkirakan buatan lokal dan buatan luar (asing).
Keramik asing ditemukan dalam jumlah yang banyak dan bervariasi jenisnya, hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana keramik tersebut bisa berada di lokasi, Adanya kemungkinan dahulu di Daerah Aliran Sungai Lematang (DAS Lematang) sebagai salah satu jalur perdagangan. Oleh karena itu tulisan ini berusaha mengungkapkan jejak-jejak perdagangan di DAS Lematang, melalui analisis keramik yang ditemukan di DAS Lematang.
B. Jenis-jenis Keramik
Berdasarkan atas analisis Retno Raswaty, keramik dari DAS Lematang terbuat dari dua jenis bahan, yaitu porselen dan batuan dengan partikel halus dan tekstur halus serta partikel kasar dan tekstur yang renggang. Porselen berwarna putih, putih keabuan dan krem. Beberapa di antaranya terdapat bintik-bintik hitam. Pada porselen kasar terdapat lubang-lubang seperti titik jarum namun belum sampai tembus permukaan. Sedangkan bahan batuan berwarna krem, abu-abu keunguan dan abu-abu, sebagian besar berpartikel kasar dengan tekstur renggang (Siregar,2003:11).
Glasir yang digunakan adalah monokrom dan polikrom. Glasir monokrom ditemukan dalam warna putih, hijau seladon, coklat, coklat kehitaman, hijau kebiruan dan biru telur asin (qingbay), sedangkan glasir polikrom ditemukan pada glasir biru putih dan dengan warna dari swatow. Motif hias yang ditemukan berupa motif yang dibingkai dalam panil-panil bermotif yang melambangkan delapan lambang Buddha (teratai), lambang-lambang keberuntungan seperti castanyet dan pustaka. Motif lainnya berupa motif ombak, panil, teratai, mutiara yang menyala, tanaman air, suluran, motif burung, peoni, krisan, serta berbagai variasi bentuk suluran, fauna (burung) dan pemandangan alam. Pada sebagian besar keramik biru putih, glasir dijumpai berwarna kusam dengan beberapa di antaranya cenderung biru kehitaman dengan pengglasiran yang tidak merata, lingkaran kaki ada yang berglasir dan tidak berglasir serta dijumpai adanya keramik dengan bagian dasar dilekati oleh pasir. Beberapa di antaranya menilik glasir yang mengkilat. Dijumpai pula keramik-keramik dengan bekas penyangga keramik (spurmarks) berupa jejak lingkaran berwarna hitam maupun kuning kemerahan. Ditemukan pula keramik glasir dwiwarna (coklat dan putih mutiara) yang unik dan ditemukan hanya dua buah, yaitu berbentuk wadah saus dan tutup cepuk yang berasal dari Sawankhalok abad 14-16 M (Siregar,2003:11 ## 12).
Keramik Cina dari DAS Lematang terbanyak berasal dari abad ke-8 ## 19 M, yaitu dari dinasti Tang, Sung, Ming, Ching. Jenis terbanyak adalah keramik Swatow dan Kraak. Keramik lainnya adalah dari Vietnam abad ke-16 M, dari Thailand berupa fragmen tungku Sawankhalok abad ke-14-16 M, serta dari Yoshida, Jepang sekitar abad ke-19 M. Sementara itu, keramik Eropa umumnya berasal dari abad ke-19 M, meliputi Belanda dan Inggris (Siregar,2003:12).
Keramik dari DAS Lematang terbanyak adalah mangkuk (512 fragmen porselen dan 459 fragmen batuan), guci (610 fragmen batuan). Sementara itu, di Candi Bumiayu 3 banyak ditemukan guci (69 fragmen), baik bahan batuan maupun porselen. Selain itu ditemukan pula mangkuk, jambangan dan cepuk, yang berasal dari dinasti Tang sampai Sung (abad ke-10 ## 13 M) (Tri Marhaeni, 2000:15 ## 16).
No.
|
Bentuk
| Porselen |
Batuan
|
1.
| Mangkuk |
512 fragmen
|
459 fragmen
|
2.
|
Piring
|
25 fragmen
|
5 fragmen
|
3.
|
Cawan
|
11 fragmen
|
-
|
4.
|
Sendok
|
5 fragmen
|
2 fragmen
|
5.
|
Vas
|
1 fragmen
|
-
|
6.
|
Cepuk
|
27 fragmen
|
8 fragmen
|
7.
|
Botol
|
1 fragmen
|
3 fragmen
|
8.
|
Guci
|
25 fragmen
|
610 fragmen
|
9.
|
Buli-buli
|
-
|
10 fragmen
|
10.
|
Kendi
|
-
|
14 fragmen
|
11.
|
Pegangan wadah
|
2 fragmen
|
1 fragmen
|
12.
|
Tutup wadah
|
-
|
3 fragmen
|
T O T A L |
609 fragmen
|
1115 fragmen
|
No.
|
Periodesasi
| Total |
1.
|
Cina
| |
Sung (10 ## 13 M)
|
744 fragmen
| |
Ming (16 M)
|
131 fragmen
| |
Kraak (16 M)
|
71 fragmen
| |
Ming (16 ## 17 M)
|
454 fragmen
| |
Ming (17 Akhir M)
|
1 fragmen
| |
Ming (17 ## 18 M)
|
8 fragmen
| |
Ching (19 M)
|
14 fragmen
| |
2.
|
Thailand (14 ## 16 M)
|
9 fragmen
|
3.
|
Vietnam (16 M)
|
10 fragmen
|
4.
|
Jepang (19 M)
|
2 fragmen
|
5.
|
Belanda (19 M)
|
3 fragmen
|
6.
|
Inggris (19 M)
|
26 fragmen
|
T O T A L
|
1478 fragmen
|
No.
|
Bentuk
|
Total
|
1.
|
Guci
|
69
|
2.
|
Mangkuk
|
7
|
3.
|
Jambangan
|
7
|
4.
|
Cepuk
|
6
|
Jumlah
|
89
|
No.
|
Periodesasi
|
Total
|
1.
|
Tang (abad 10 M)
|
1
|
2.
|
Sung (abad 10-12 M)
|
4
|
3.
|
Sung (abad 12-13 M)
|
84
|
Jumlah
|
89
|
No.
|
Bentuk
|
Total
|
Periodesasi
|
1.
|
Kendi
|
1
|
Tang (abad ke-8 ## 9 M)
|
2.
|
Mangkuk
|
2
|
Tang akhir dan Sung (abad ke-8
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar